2nd T-POMI
2019, 18 Juni
Share berita:

Yogyakarta – Mau tidak mau harus diakui bahwa Indonesia dikenal sebagai penghasil perkebunan, salah satunya yaitu kopi dan kelapa sawit. Melihat hal ini maka INSTIPER Yogyakarta sebagai Perguruan Tinggi yang focus pada pendidikan perkebunan dan hutan tanaman industri mencoba untuk menguatkan dan mengembangkannya dengan nama Intitut Sains Kopi Indonesia (ISKI) dan Palm Oil Center (POC).

Gemah ripah loh jinawi, itulah Indonesia. Indonesia dikenal sebagai penghasil komoditas perkebunan, bahkan hasil ekspor dari perkebunan termasuk sebagai salah satu penyangga ekonomi. Terbukti berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor pertanian pada 2017 mencapai Rp 441 triliun, atau naik 24 persen dibandingkan 2016 yang hanya Rp 355 triliun.

Dari angka tersebut, ekspor di komoditas perkebunan meningkat sebesar 26,5persen atau dari US$ 25,5 milyar atau Rp 341,7 triliun menjadi US$ 31,8 milyar USD atau menjadi 432,4 triliun. Ini artinya ekspor perkebunan tidak bisa dianggap remeh. Salah satu bukti nyata ekpor asal Indonesia yang paling diminati yaitu kopi dan kelapa sawit.

Kopi asal Indonesia banyak diminati karena aroma dan citarasa yang khas disbanding kopi dari negara lainnya, maka tidak heran kopi sala Indonesia banyak diminati negara lain, dan bahkan tidak sedikit kafe dengan nama brand asing, tapi menggunakan bahan baku biji kopi dari Indonesia.

“Jadi siapa tak kenal akan nikmatnya kopi Gayo, kopi Toraja, kopi Flores, Kopi Jawa, dan Kopi Kintamani (Bali), dan masih banyak lagi daerah penghasil specialty kopi di Indonesia,” terang Dr.Ir. Purwadi, MS, Rektor INSTIPER saat dikunjungi Media Perkebunan, di Yogyakarta.

“Terbukti, meskipun Indonesia dikenalsebagainegaraprodusen kopi ketigaterbesar di dunia, setelah Brazil danKolumbiadengan rata-rata produksi kopi Indonesia sebesar 600 ribu ton per tahun, tapitelahmensuplai 7% kebutuhan kopi di dunia. Total ekspor yang berasaldariindustri kopi sebesar USD 1,2milyar,” tambah Purwadi.

Baca Juga:  Harga Sawit Sumut Naik Lagi Rp 57,34 Per Kg

Melihat fakta tersebut, Purwadi mengatakan, INSTIPER Yogyakarta sebagai PerguruanTinggi yang fokus di bidang perkebuanan dan tanaman industri pada 12 Maret 2019 telah melakukan soft launching Intitut Sains Kopi Indonesia (ISKI) yang merupakan rumah bersama untuk pengembangan kopi di Indonesia. INSTIPER bersama dengan pihak-pihak yang bergabung dengan ISKI sepakat untuk melaunching dan melakukan Focus Group Discussion ISKI pada 19 Juni 2019 mendatang.

“Melalui institute ini diharapkan mampu mengintegrasikan berbagai stake holder kopi di Indonesia, seperti pusat-pusat penelitian, lembaga pendidikan, lembaga pelatihan, petani, dan industri sehingga institute ini menjadi pusat pengetahuan dan teknologi di bidang kopi dan sebagai wadah berkumpulnya paka-pakar kopi di Indonesia,” harap Purwadi.

Sebelumnya, Purwadi mengatakan, pihaknya telah berkomunikasi dengan para stake holder kopi untuk menyatukan pola pikir, visi, misi, dan bentuk kontribusi yang bisa diberikan untuk pengembangan kopi di Indonesia.

“Dengan demikian setiap stake holder dapat mengambil bagian dalam Institut Kopi ini sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Mengingat perkebunan kopi yang saat ini 95% merupakan perkebunan rakyat, maka secara tidak langsung melalui Institut Kopi ini diharapkan mampu membangun perekonomian rakyat,” papar Purwadi.

Tidakhanya ISKI, Purwadi menambahkan, pihaknya juga akan membuat Palm Oil Center (POC). Rencananya tempat tersebutakan dijadikan referensi para pemangku kepentingan kelapa sawit di Indonesia bahkan level internasional.

Lahirkan Palm Oil Center (POC)
Lebih dari itu, Palm Oil Center berperan sebagai penghubung serta pusat koordinasi kelembagaan dan pusat informasi dunia perkelapa sawitan di Indonesia. Sebab harus diakui bahwa produk turunan kelapa sawit saat ini cukup bervariasi dan sebagaian produk tersebut sudah digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

“Ini penting karena kelapa sawit sebagai komoditas bisnis global memerlukan wadah bersama dalam rangka menghadapi tantangan, hambatan, dan isu bisnis di tingkat global. Sehingga dibutuhkan langkah strategis serta terukur untuk menghadapinya,” ucap Purwadi.

Baca Juga:  Enam Perusahaan Sawit Bakal Terkena Sanksi

Tetapi, Purwadi menegaskan tujuan pembangunan Palm Oil Center, pertama, menyediakan informasi atau data dari berbagai lembaga yang saat ini sudah ada, baik di badan / lembaga pemerintah, swasta maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam bentuk sistem big data kredibel, terkini dan realtime.

Kedua, menyediakan ringkasan kebijakan pengelolaan dan pengembangan penerapan sistem produksi dan bisnis rantai pasok kelapa sawit.

Ketiga, memberikan informasi dengan mengkapitalisasi layanan riset oleh lembaga riset yang sudah ada dan berkolaborasi dengan lembaga yang sudah ada untuk mengisi dan memperkuat lembaga-lembaga riset yang sudah ada.

Keempat, unit ini menjadi pusat pengetahuan, pendidikan dan pengembangan SDM Perkelapa sawitan dan pengembanganbest management di sistem rantai pasok sawit.

Kelima, menjadi jembatan antar lembaga maupun pemerintah dengan organisasi dalam negeri maupun luar negeri dalam rangka optimalisasi pengembangan kelapa sawit.

“Sehingga dengan berdirinya POC membawa dua manfaat. Manfaat yang pertama, dikatakan Purwadi peningkatan kerjasama antar lembaga penelitian, perguruan tinggi, pemerintah, perusahaan kelapa sawit, petani, perusahaan pengguna produk kelapa sawit, LSM, dan organisasi internasional untuk pengembangan kelapa sawit berkelanjutan.

Manfaat berikutnya ketersediaan sumber data atau hub data baik hasil riset, kebijakan, statistik, dan isu terkini guna meningkatkan penyebaran sumber informasi kelapa sawit saat ini,” terang Purwadi.

Purwadi menambahkan, “Baik Institut Sains Kopi Indonesia maupun Palm Oil Center merupakan institusi yang diharapkan memiliki cakupan tugas di lingkungan nasional maupun internasional. Oleh karena itu, pihak INSTIPER sendiri telah menyiapkan beberapa pusat riset yang akan mendukung baik ISKI maupunPalm Oil Center, diantaranya adalah Smart Technology Research and Innovation Center for Agroindustry (STRICA); Mechanization and Otomatization Research and Innovation Center for Agroindustry (MORICA); Food Engineering Research and Innovation Center for Agroindustry (FERICA); Renewable Energy Research and Innovation Center for Agroindustry (RERICA); Business Incubator Research and Innovation Center for Agroindustry (BIRICA); Forest Engineering Research and Innovation Center for Agro Industry (FoRICA); Climate Change Research and Innovation Center for Agroindustry (CCRICA); ArtificalIntellegence Research and Innovation Center for Agroindustry (AIRICA)”.

Baca Juga:  TIONGKOK SETIAP TAHUN MENGKONSUMSI 300-350 JUTA TON KELAPA

Melalui dua lembaga ini, Instiper berupaya bekerja dan berkontribusi nyata untuk pembangunan bidang perkebunan di Indonesia khususnya di bidang perkelapa sawitan dan perkopian Indonesia. Dukungan dan peranserta dari berbagai stakeholder dalam kedua lembaga yang diinisiasi Instiper tersebut merupakan bukti kepercayaan para stakeholder kepada Instiper Yogyakarta yang harus selalu dijaga. YIN