2024, 24 Mei
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Produksi kopi Indonesia tahun 2024/2025 diperkirakan  10,9 juta karung (1 karung = 60 kg), pulih dibanding tahun 2023/2024 dimana kekeringan membuat produksi kopi robusta turun. Produksi  di dataran rendah pulih sedang  dataran tinggi diperkirakan akan naik. Cuaca yang sesuai diperkirakan akan meningkatkan produksi kopi arabika di Sumatera bagian Utara. Demikian laporan Foreign Agricultural Services, United States Departement of Agriculture.

El Nino yang terjadi pada tahun 2023 membuat panen raya kopi di Sumatera bagian Selatan mundur dari biasanya Maret-April menjadi Mei-Juni 2024. Pengapalan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada September- Oktober 2024. Tahun 2022/2023 produksi kopi Indonesia mencapai 11,9 juta karung terdiri dari arabika 1,4 juta karung dan robusta 10,5 juta karung. Tahun 2023/2024 anjlok jadi 7,7 juta karung terdiri dari arabika stabil di 1,4 juta karung dan robusta yang terjun bebas jadi 6,3 juta karung. Tahun 2024/2025 diperkirakan naik jadi 10,9 juta karung dengan arabika stabil 1,4 juta karung dan robusta pulih 9,5 juta karung.

Luas tanam kopi diperkirakan tetap 1,2 juta ha, dengan dominasi petani dengan luas 1-2 ha. Laporan Kementerian Pertanian menunjukkan minat menanam kopi arabika meningkat karena harganya yang tinggi.  Kopi ini hanya bisa ditanam di dataran tinggi. Sumatera bagian Utara adalah produsen utama kopi arabika, lebih dari 60% berasal dari daerah ini. Sedang 15% berasal dari dataran tinggi Jawa, sisanya dari Sulawesi , Papua dan Nusa Tenggara.

Masalah yang dihadapi petani kopi adalah akses terhadap pupuk yang sesuai untuk kopi, apalagi tahun lalu sempat mengalami kelangkaan pupuk. Petani biasanya mendapat pupuk dan pestisida  dari tengkulak yang juga petani kopi setempat, yang dibayar setelah panen. Perawatan tanaman  dilakukan oleh semua anggota keluarga. Untuk menekan biaya buruh ketika panen, dilakukan bersama oleh petani,  rotasi di masing-masing kebun petani.

Baca Juga:  PASPI : PERKUAT PTPN LEWAT RESTRUKTRISASI, PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN HILIRISASI

Produktivitas kopi arabika lebih tinggi dari robusta yang rata-rata dibawah satu ton/ha. Produksi kopi Indonesia tergantung pada keseimbangan antara panas dan hujan setelah kopi berbunga. Hujan lebat dan angin kencang pada periode pembentukan buah membuat produksi turun. Produktivitas kopi di Sumatera bagian utara (arabika) tahun 2021 957 kg/ha, 2022 1.017 kg/ha, 2023 (sementara) 1.026 kg/ha, 2024 diperkirakan 1.020 kg/ha. Sedang di Sumatera bagian selatan (robusta) tahun 2021 888 kg/ha, 2022 867 kg/ha, 2023 (sementara) 823 kg/ha dan tahun 2024 diperkirakan 869 kg/ha.

Konsumsi kopi Indonesia diperkirakan akan naik 10 ribu  karung menjadi 4,8 juta karung , pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan meningkatkan bisnis makanan, minuman, hotel dan sektor lain yang membuat minat minum kopi naik. Margin prosesor kopi masih tertekan sampai bulan depan ketika produksi kopi robusta mencapai puncak. Kopi siap minum tahun 2023 tumbuh karena produsen membuat variasi kopi dengan harga yang terjangkau, dan berbagai distribusi pemasaran baik warung, mini market, super market dan grosir.

Ekspor Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 4,3 juta karung menjadi 6 juta karung tahun 2024/2025 . Ekspor kopi Indonesia  tahun 2023/2024 16%  ke Amerika Serikat, 15% ke negara-negara ASEAN (Malaysia, Thailand, Vietnam); 12% ke Mesir. Ekspor ke EU 14% , turun 66% dibanding tahun sebelumnya. EUDR diperkirakan akan mempengaruhi ekspor ke EU karena berlaku sejak akhir 2024 dan harus dilakukan uji tuntas.

Indonesia mengimpor green bean robusta dari Vietnam dan arabika dari Brasil.  Tahun 2023/2024 impor dari Vietnam 642.000 karung sedang Brasil 205.000 karung, meningkat dari 2022/2023 yang hanya 86.000 karung, untuk pasar konsumen kelas atas. Tahun 2024/2025 diperkirakan impor kopi hanya 500.000 karung karena roaster memprioritaskan kopi lokal yang produksinya naik.

Baca Juga:  Sinergi Dirjen Perkebunan dan Bupati Kediri Perkuat Pengembangan Perkebunan