2nd T-POMI
2022, 3 April
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Tahun 2022 program pengembangan kelapa Ditjenbun mencapai 12.570 Ha. Sedang tahun 2010-2021 pengembangan kelapa Ditjenbun mencapai 207.443 Ha baik berupa peremajaan, perluasan dan intensifikasi. Hendratmojo Bagus Hudoro, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ditjen Perkebunan menyatakan hal ini.

Potensi, kendala dan peluang pengembangan kelapa berbasis korporasi adalah :

Strenghts : luas areal 3.401.893 Ha dengan produksi 2.839.852 ton. Weakness : terbatasnya jumlah olahan, produk olahan hanya berupa kopra. Opportunities : dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga tani; pengembangan produk turunan sabut, arang dan nata decoco. Threats : peningkatan produktivitas pada skema budidaya; jumlah benih unggul terbatas; penerapan GAP, GHP dan GMP terbatas.

Strategi percepatan, produksi dan nilai tambah perkebunan kelapa rakyat adalah :

Lahan dengan pemetaan potensi perkebunan kelapa rakyat, sertifikasi kepemilikan tanah. Benih dengan pembangunan kebun benih sumber dan nursery; introduksi benih produktivitas tinggi. Pupuk dengan peningkatan ketersediaan secara 6 tepat (jenis, dosis, cara, lokasi, harga dan waktu).

Pestisida dan bahan pengendali dengan memberikan bantuan sarana di lokasi endemis OPT di lokasi pengembangan kelapa. Alsintan/infrastruktur dengan memberikan bantuan prasarana produksi (jalan kebun) dan pengembangan alat dan mesin. Hilirisasi dengan membangun pabrik pengolahan turunan kelapa.

Pasar dengan mengembangankan pasar hasil olahan kelapa dan promosi ekspor produk turunan (arang, serabut). Pengembangan SDM dengan pelatihan, magang, sekolah lapang, kunjunga lapang. Pembiayaan dengan KUR dan investasi.

Konsep pengembangan korporasi kelapa dengan pendekatan hulu hilir, klaster berbasis kecamatan, korporasi berbasis kabupaten dilakukan di Maluku Utara. Sasaran meningkatkan produksi, produktivitas dan nilai tambah melalui pengembangan kawasan kelapa; petani kelapa 10.244 KK; meningkatnya industri pengolahan kelapa berbasis kawasan rumah tangga petani di Maluku Utara.

Baca Juga:  JANGAN TERJEBAK DENGAN SUSTAINABLE PALM OIL TAPI HARUS SUSTAINABLE VEGETABLE OIL

Rumah Tangga petani yang melakukan budidaya kelapa bergabung dalam kelompok tani/gapoktan. RT petani mendapat fasilitasi sarpras berupa benih dan pupuk. Poktan/gapoktan bergabung dalam koperasi level kecamatan. Dukungan lain yang diberikan adalah asuransi, pembiayaan, litbang, penyuluhan, pedoman GAP, sertifikasi, regulasi.

Koperasi bekerjasama dengan swasta membangun industri pada level kabupaten. Swasta merupakan mitra strategis. Produk utama adalah minyak goreng sedang produk turunan briket arang, coco fiber dan nata de coco dalam kemasan. Korporasi memasarkan produk baik pasar modern/tradisional, market place dan ekspor. Target peningkatan produksi kelapa 54.000 ton kopra, 21.600 ton arang kelapa, 43.200 ton sabut kelapa, 3.855 ton nata de coco.

Total luas areal kelapa Indonesia adalah 3.401.893 Ha terdiri dari tanaman tidak menghasilkan 396.724 Ha, tanaman belum menghasilkan 455.192 Ha, tanaman menghasilkan 2.550.040 Ha. Kelapa merupakan komoditas rakyat sebab 99,06% atau 3.369.878 Ha diusahakan oleh rakyat dengan melibatkan lebih dari 6 juta rumah tangga petani. Perkebunan besar swasta hanya 0,83% atau 28.086 ha dan perkebunan besar negara 0,12% atau 3.929 Ha.

Produksi kelapa dalam 5 tahun terakhir adalah 2017 2.854.300 ton, 2018 2.840.148 ton, 2019 2.839.852 ton, 2020 2.858.010 ton, 2021 2.853.299 ton. Produktivitas tahun 2017 1.100 kg/Ha, 2018 1.114 kg/Ha, 2019 1.114 kg/Ha, 2020 1.119 kg/Ha , 2021 1.118 kg/ha. Turunnya produktivitas kelapa salah satunya disebabkan karena sebagian besar merupakan perkebunan rakyat yang masih tradisional tanpa didukung inovasi teknologi yang memadai.