Surabaya, mediaperkebunan.id – Acara International Cocotech di gelar oleh Kementerian Perdagangan dengan International Coconut Community (ICC) di Surabaya (22/7/2024). Salah satu sorotan di acara tersebut ialah keunggulan Kelapa Genjah Pandan Wangi. Jenis kelapa yang memiliki masa panen yang lebih singkat, yaitu sekitar 3 hingga 4 tahun setelah penanaman, di bandingkan dengan kelapa biasa yang memerlukan waktu hingga 6 tahun.
Selain itu, kelapa Genjah Pandan Wangi memiliki rasa air yang manis dan aroma yang khas, membuatnya sangat di minati di pasar internasional. “Kelapa Genjah Pandan Wangi adalah salah satu komoditas terbaik yang kita miliki, dan dengan acara seperti ICC, kita dapat memperkenalkan keunggulan ini kepada dunia,” kata Jasman Silitonga, CEO CV. Tiungmas Agro Lestari.
Jasman mengungkapkan kegembiraannya atas terselenggaranya acara ini yang di nilai sangat penting bagi industri kelapa Indonesia. “Saya sangat senang, dengan adanya acara ini kita bisa menunjukkan bahwa apa yang kita kerjakan selama ini terutama di bidang kelapa bisa di tunjukkan di kancah internasional. Apa yang kita punya itu punya kualitas dan layak untuk diekspor keluar negeri,” ujarnya.
Jasman menambahkan bahwa acara ini memberikan penghargaan kepada para petani kelapa di bawah binaan dinas-dinas di provinsi, yang merasa di hargai di pasar internasional. Ia juga menyoroti pentingnya dukungan pemerintah dalam mengembangkan industri kelapa di Indonesia. “Saya sangat setuju dengan Pak Jokowi kalau kita itu pilar ekonomi hijau, dari jumlah produksi kelapa kita sangat tinggi, dan kita masih perlu di tingkatkan lagi jangan hanya nomor 2, karena kita masih bisa menguasai dan masih bisa meningkatkannya lagi,” katanya.
Lebih lanjut, Jasman mengungkapkan masih banyaknya lahan kosong yang bisa di manfaatkan untuk menanam kelapa terbaik di Indonesia. “Pemerintah seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan atau instansi yang terkait di bidang kelapa harus membimbing petani-petani dari dasar sampai hingga bisa menjadi pilar ekonomi hijau seperti yang di bilang tadi,” ungkapnya.
Dalam wawancaranya, Jasman juga menyebutkan produksi bibit kelapa CV. Tiungmas Agro Lestari yang mencapai 125.000 batang per tahun dan produksi buah muda sebanyak 3.600.000 butir per tahun. Namun, ia mengakui bahwa kebutuhan pasar buah muda masih belum terpenuhi sepenuhnya. “Untuk kebutuhan pasok pasar buah muda itu masih sangat kurang terpenuhi, dan baru bisa di penuhi kira-kira sekitar 15% saja,” jelasnya.
Kendala utama yang di hadapi adalah terbatasnya luas lahan yang menyebabkan produksi kelapa yang masih kurang mencukupi. “Kendalanya karena produksi kita kurang cukup, jadi luas lahan kita yang kurang menyebabkan produksi kelapa kita yang terbatas. Jadi kita bisa panen 2000 butir saja per hari untuk buah mudanya,” tambah Jasman.
Jasman menekankan pentingnya acara seperti yang di adakan ICC ini bagi industri kelapa Indonesia. “Acara atau event seperti ini masih sangat penting bagi kita, karena banyak manfaat seperti kita bisa unjuk gigi kalau kelapa kita itu juga ada yang beda dari negara lain juga,” tegasnya. Ia percaya bahwa dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan pelaku industri, Indonesia dapat menjadi negara terdepan dalam produksi dan ekspor kelapa.
Jasman P. Silitonga juga menyoroti pentingnya perhatian pemerintah terhadap seluruh rantai produksi kelapa, mulai dari petani hingga produk turunannya. “Harapan saya, perhatikan kelapa dari bawah sampai ke atas, seperti dari petani sampai ke produksi turunannya. Kelapa itu ada di petani. Kelapa masih di kenal di kalangan petani, jadi perhatikan dari petani dulu,” tambahnya.