Semakin tinggi populasi manusia maka semakin tinggi pula kebutuhan akan pangan. Artinya dengan semakin besar jumlah populasi di Indonesia, maka semakin besar juga kebutuhan lahan untuk pertanian bukan sekedar perhatian kepada petani selaku penyedia bahan pangan.
Harus diakui bahwa lahan pertanian terus tergerus seiring meningkatnya populasi manusia. Terbukti banyak sekali lahan pertanian produktif yang berubah fungsi menjadi fasilitas umum seperti rumah, jalan dan sebagainya.
Melihat hal ini maka tidaklah heran jika setiap 5 tahun belakangan ini bahwa laju konversi lahan pertaniansebesar 100.000 hektar yang disebabkan karena alih fungsi lahan. Maka untuk untuk menyiasati hal tersebut yaitu dengan menambah luas areal untuk petani.
“Sebab sektor pertanian berbeda cara penangannya, pertanian butuh lahan besar untuk meningkatkan produksi. Jadi solusinya adalah penambahan lahan bukan sekedar peningkatan produktivitas,” jelas Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK).
Lebih lanjut, menurut JK bahwa pertanian Indonesia dibagi menjadi dua buah jenis. Pertama pertanian pokok dan yang kedua pertanian strategis. Pertanian strategis yaitu hasil pertanian yang bisa mendongkrak devisa negara seperti hasil perkebunan.
Hal ini sudah terbukti dari nilai ekspor pertanian, produk perkebunan penyumbang devisa terbesar. Bahkan menurut catatan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (Paspi) bahwa industri perkebunan untuk sektor sawitnya saja konsisten surplus dan relatif besar yakni US$ 3,8 milyar. Sedangkan neraca perdagangan minyak dan gas (Migas) masih konsisten mengalami defisit sebesar US$ -0,42 milyar.
Artinya dengan dengan melihat fakta dan data tersebut agar bisa meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan devisa negara petani memerlukan lahan. “Jadi saat ini petani memerlukan lahan pertanian,” ucap JK.
Lebih lanjut, JK mengingatkan, selain lahan petani juga memerlukan perhatian agar produktivitasnya meningkat, sehingga kebutuhan nasional terpenuhi dan meningkatkan kesejahteraan. Contoh petani kelapa sawit, saat ini produktivitasnya sangatlah rendah jika dibandingkan dengan produktivitas lahan milik perusahaan besar negara (PBN) atau bahkan jika dibandingkan dengan perusahaan besar swasta (PBS).
Terbukti, saat ini produktivitas lahan kelapa sawit milik petani masih bertengger diangka 1 – 1,5 ton tandan buah segar (TBS) per hektar. tapi jika melihat produktivitas lahan milik perusahan rata-rata bisa mencapai angka antara 3 – 4 ton TBS per hektar.
“Melihat hal ini maka harus ada perbaikan di lahan milik petani. diantaranya yaitu dengan penanganan bibit dan pembiayaan terbuka,” tegas JK. YIN