2022, 20 Juli
Share berita:

Mediaperkebunan.id

Perkumpulan Petani Sawit Nusantara (PSN) berbadan hukum tanggal 15 Juli 2020. Tetapi pandemi covid-19 menyebabkan aktivitas terhambat. Setalah mulai Covid-19 mulai reda maka tanggal 17 Juli lalu Perkumpulan Petani Sawit Nusantara dideklarasikan. Deklaratornya adalah Haminuddin Nasution, perwakilan petani kelapa sawit Sumatera Utara, Hendry Halim perwakilan Kalimantan Barat, Syahril pewakilan Sumatera Barat, Ramsi perwakilan Bangka Belitung , Misno Udin Tolinggi perwakilan Gorontalo.

Tujuan PSN adalah mempersatukan seluruh kelompok usaha petani kelapa sawit yang berbadan hukum dan masyarakat petani kelapa sawit di seluruh Indonesia agar menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan yang merata bagi seluruh petani kelapa sawit; membangun ekonomi kerakyatan di pedesaan dengan menumbuhkembangkan usaha petani kelapa sawit yang berwawasan lingkungan dan bermanfaat bagi seluruh komponen bangsa untuk mencapai masyarakat petani kelapa sawit yang adil makmur.

Meningkatkan dan memberdayakan sumber daya manusia petani kelapa sawit agar menguasai iptek pertanian modern; mempersiapkan petani kelapa sawit menjadi petani profesional yang mampu bersaing di era globalisasi; menjembatani kepentingan masyarakat petani kelapa sawit, pengusaha dan pemerintah dalam rangka mewujudkan berbagai kepentingan dengan tidak merugikan semua pihak; melindungi kepentingan petani kelapa sawit dari segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh pihak manapun, juga yang merugikan kelangsungan hidup masyarakat petani kelapa sawit di Indonesia.

Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut tugas pokok PSN adalah memelihara, mengembangkan, meningkatkan dan memperkokoh organisasi, memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan kepada anggota; menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah, swasta serta pengusaha luar negeri; meningkatkan nilai tambah dari usaha tani kelapa sawit yang dikelola anggota; memperjuangkan hak milik petani kelapa sawit sekaligus melindungi hak asasi anggota.

Baca Juga:  Asian Agri 2030, Komit Jalankan Keberlanjutan

Hendry Halim, Ketua Umum PSN menyatakan organisasi ini akan berbuat nyata untuk petani kelapa sawit. PSN lahir dari pelaku usaha yang merupakan petani, tidak ada unsur ingin bersaing dengan asosiasi petani kelapa sawit lainnya, tidak berpolitik dan independen. PSN akan bergerak lebih banyak pada unsur ekonomi untuk pemberdayaan.

Saat ini harga TBS dibawah Rp1.000/kg dibawah nilai keekonomiannya, petani kelapa sawit baru bisa bertahan pada harga Rp1500-1700/kg. PSN akan memberdayakan petani sawit sehingga punya nilai tawar sendiri; harga stabil; posisi dalam rantai pasok , jaringan dan jaminan pasar jelas. Petani menjadi subjek dan bukan objek.

Saat ini ada program PSR (Peremajaan Sawit Rakyat), tetapi di lapangan petani banyak yang ketakutan karena diperiksa kejaksaan dan kepolisian. Kondisi ini merata hampir di seluruh provinsi. Membangun kebun tidak cukup kalau mengandalkan dana BPDPKS, perlu ada lanjutan. PSN akan masuk disini dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada.

Dalam PSR batang sawit hanya ditumbang chipping saja. Padahal potensi ekonomi batang sawit ini sangat besar sekali. Karena itu PSN melibatkan mitra utama dari Jepang yaitu Shin Imai yang merupakan mantan representative FAO dengan memanfaatkan batang sawit sebagai sumber energi biomassa, pupuk dan pakan ternak. “Pada tahap awal kita bangun dua pabrik di Kalbar dan Bangka Belitung dengan teknologi terkini untuk mengolah batang sawit. Kapasitas 5.000 ton/hari yang bisa dipenuhi dari peremajaan seluas 5.000 Ha,” kata Henry.

Syahril, deklator dari Sumbar meyatakan fokus PSN pada petani sawit swadaya. Petani ini banyak yang belum terlindungi. Ketika harga hari ini turun petani swadaya besok langsung turun, sedang plasma bulan depan. Ketika harga naik petani swadaya yang paling akhir. Ada potensi sawit yang belum dimanfaatkan yaitu batang dari hasil replanting. PSN akan bermitra dengan petani memanfaatkan limbah ini menjadi bernilai ekonomi tinggi sebagai langkah awal. Kedepan petani juga bisa punya PKS dan industri hilir.

Baca Juga:  GAPKI Tak Menentang Pabrik Sawit Tanpa Kebun

Misno Udin Tolinggi, deklarator asal Gorontalo menyatakan PSN masuk ke kegiatan-kegiatan yang belum tersentuh oleh petani. Selama ini petani hanya jadi penjual TBS saja, jadi ketiga harga CPO turun imbasnya harga TBS turun. PSN punya program petani jangan hanya jadi penjual TBS saja, ada peluang ekonomi lain dari sawit yang belum tersentuh. Jadi ketika harga CPO dan TBS turun (hal yang biasa bagi petani perkebunan) punya alternatif penghasilan lain.

PSN tidak akan berjalan sendiri tetapi akan berkerjasama dengan pemerintah, pengusaha, BPDPKS. Pemerintah diharapkan membuat regulasi yang bisa mengangkat ekonomi petani dan lebih melindungi haknya. PSN mendorong industrialisasi sawit rakyat menjadi penghasil produk pangan dan energi yang semakin diperlukan dunia.

Hamid Nasution, deklarator Sumut menyatakan dengan PSN maka petani sawit bisa berjaya dan berkeadilan. Kontribusinya diharapkan membangkitkan petani sawit dengan industrialisasi persawitan rakyat. Kedepan petani sawit semakin merdeka dan berdiri sendiri. Langkah awalnya adalah optimalisasi perkebunan rakyat.

Ramsi, deklarator Bangka Belitung menyatakan PSN merupakan organisasi nirlaba, tapi akan membuat unit-unit bisnis yang nyata di masyarakat petani. Diawali dengan unit bisnis yang mengolah limbah diikuti unit bisnis yang lainnya dengan mengoptimalkan seluruh potensi perkebunan sawit rakyat.

Shin Imai, mitra utama PSN asal Jepang menyatakan Jepang saat sudah mengolah kayu menjadi biomassa untuk energi, pakan dan pupuk. Kualitas daging sapi dengan pakan asal kayu ini lebih baik daripada pakan konvesional. Indonesia dengan pemilik luas lahan sawit terbesar dunia dan sekarang sedang punya program peremajaan sawit rakyat bisa mengolah kayu sawit seperti di Jepang.

Batang kelapa sawit adalah sumber ekonomi luar biasa untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia yang semakin mahal, pakan ternak dan energi. Kalau dimanfaatkan maka ekonomi sirkular tanpa limbah dikembangkan di perkebunan sawit. Tidak banyak negara punya potensi luar biasa seperti Indonesia ini.

Baca Juga:  Pentingnya Sinergi Berbagai Pihak dalam Pencegahan Karhutla