2nd T-POMI
2016, 19 Mei
Share berita:

Berbagai cara terus dilakukan oleh Kementerian Pertanian untuk mendongkrak produksi pangan seperti padi, jagung dan kedelai (pajale). Salah satunya yaitu melalui peremajaan kelapa sawit

Ketua Koperasi Jasa Usaha Bersama (KJUB) Perkebunan Inti Rakyat (PIR),
Syafrizal mengakui bahwa ada banyak manfaat dalam melakukan tumpang sari pada saat melakukan peremajaan. Satu diantaranya yaitu pada melakukan peremajaan pada tanaman tanaman kelapa sawit maka disisipkan dengan tanaman jagung.

Tanaman jagung ini bisa ditanami dari mulai usia nol pada tanaman kelapa sait. Saat ini kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak sangat tinggi. Artinya berapa pun produksi jagung dapat diserap dan harganya cukup tinggi karena tingginya permintaan.

“Sehingga dengan menyelipkan tanaman jagung diantara tanaman kelapa sawit maka petani sawit akan mendapatkan hasil dari panen jagungnya sebanyak 3 kali dalam satu tahun,” terang Syafrizal.

Namun, Syafrizal mengingatkan panen jagung ini hanya bisa dilakkukan selagi menunggu sampai tanaman kelapa sawit usia 3,5 tahun atau tanaman menghasilkan (TM) 1. Lalu luas penanaman jagung pun setiap tahun juga menurun, hal ini karena mengikuti perkembangan usia tanaman kelapa sawit.

Meski begitu, tetap petani sawit mendapatkan keuntungan dari melakukan tumpang sari sawit – jagung. Sebab harus diakui tanpa melakukan tumpang sari maka petani sawit tidak akan mendapatkan hasil apa-apa, tapi dengan melakukan tumpang sari maka petani akan mendapatkan hasil.

“Jadi, jika tahun pertama petani mendapatkan jagung sebanyak 7.750 kg/hektar dengan harga Rp 2.400/kg maka petani sawit akan mendapatkan Rp 18.600.000/tahun dari jagung. Kemudian di tahun kedua petani sawit akan lebih rendah dari itu karena jumlah panen semakin berkurang mengikuti perkembangan tanaman kelapa sawit,” terang Syafrizal.

Baca Juga:  Pemerintah Harus Genjot Produksi Kakao

Lebih dari itu, Syafrizal menambahkan, setelah tanaman sawit memasuki TM 1 maka pola tumpag sari tanaman sawit – jagung akan berubah menjadi pola integrasi sawit – sapi. Maka jika satu buah Kepala Keluarga (KK) mendapatkan 2 ekor sapi atau satu pasang sapi, hal tersebut sudah bisa mencukupi untuk tambahan bagi petani kelapa sawit.

Sebab dengan melakukan integrasi sawit – sapi maka bisa memperkecil biaya untuk pakan ternak serta bisa memperkecil biaya pemupukan untuk tanaman kelapa sawit itu sendiri. Jadi metodenya yaitu dari pelepah kelapa sawit dicacah kemudian ditambah dengan nutrisi maka akan menghasilkan pakan yang terbaik. Adapun untuk pupuknya bisa menggunakan dari limbah sapi itu sendiri.

“Maka kedepa setelah melakukan sawit – jagung akan melakukan integrasi sawit sapi. Hal ini akan menambahk pendapatan tambahan untuk petani sawit,” pungkas Syafrizl. YIN