2nd T-POMI
2016, 25 Januari
Share berita:

Meskipun harga crude palm oil (cpo) sempat mengalami penurunan hampir di sepanjang tahun 2015, namun diperkirakan tahun 2016 permintaan akan benih kelapa sawit akan meningkat meski tipis.

Hasril Hasan Siregar, Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) optimis bahwa permintaan akan benih bersertifikat di tahun 2016 akan meningkat meski tipis jika dibandingkan dengan tahun 2015. Peningkatan tersebut bukanlah sekedar prediksi tapi juga melihat keseriusan pemerintah yang akan mereplanting lahan milik petani swadaya oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS).

Sebab, menurut program BPDP-KS melalui dana CPO Found yang sudah terkumpul diawal 2016 sudah harus dikeluarkan untuk melakukan replanting sebesar 1.000 hektar. Artinya otomatis akan ada permintaan yang cukup besar. Jika satu hektar membutuhkan sekitar 200 kecambah maka kebutuhan BPDP-KS untuk 1.000 hektar mencapai 200 ribu kecambah

“Namun, meski permintaan meningkat permintaan tersebut tidak setinggi permintaan di tahun 2008,” jelas Hasril kepada perkebunannews.

Lebih lanjut, Hasril memperkirakan kemungkinan peningkatan permintaan akan benih secara nasional maksimal 5%. Hal itu karena sudah jelas pembukaan lahan baru pada lahan gambut sudah tidak diperbolehkan.

Meski begitu, pengembangan di 2016 diluar lahan gambut masih terjadi, khususnya pada wilayah Indonesia bagian timur masih berpotensi cukup tinggi. Sedangkan program replanting diluar program BPDP-KS masih berlanjut baik petani plasma ataupun perusahaan, khususnya yang mempunyai lahan di wilayah Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Aceh, dan Kalimantan Barat. Hal itu karena didaerah tersebut rata-rata kebunya sudah cukup tua. Bahkan lahan di Sumatera Utara sudah ada yang masuk ke generasi ketiga.

Disisi lain, meski ada program replanting dan pembukaan lahan baru di daerah perbatasan, PPKS tidak merasa khawatir dengan masih beredarnya benih tidak bersertifikat yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini karena petani sudah cukup pintar untuk membedakan mana benih yang bersertifikat dan mana yag tidak.

Baca Juga:  Tahun 2017, Suzuki Luncurkan New Carry Pick Up

Sebab saat ini petani sudah tidak lagi mau membeli benih yang disembarang tempat seperti di pinggir jalan tanpa ada badan hukum. “Petani sudah sadar dikhawatirkan benih yang tidak bersertifikat justru akan merugikan karena memiliki produktivitas jauh lebih rendah dari yang bersrtifikat,” terang Hasril.

Bahkan, Hasril menambahkan, petani yang di daerah Indonesia bagian barat sudah lebih selektitif lagi. “Hal ini karena petani sudah mengetahui jika produktivitasnya rendah maka penghasilan yang didapatnya pun akan rendah juga,” pungkas Hasril. YIN

Baca juga : BPDPS : B20 HARUS JALAN