2nd T-POMI
2018, 5 Januari
Share berita:

Ketua DPRD Pelalawan, Nasarudin menyatakan kelapa sawit telah mengubah ekonomi Pelalawan, terutama yang berada
di (dalam istilah setempat) daerah daratan. Pelalawan selama ini terbagi dua yaitu Pesisir disepanjang sungai Kampar dan daratan yang jauh dari sungai.

“Dulu masyarakat Pesisir kaya karena berusaha bidang kayu dan perdagangan karet langsung dijual ke Singapura. Sedang kami orang daratan miskin. Profesi utamanya adalah berladang berpindah dan berkebun karet. Tetapi sekarang dengan adanya sawit kondisi berbalik. Masyarakat daratan lebih sejahtera dari pesisir,” katanya.

Nasarudin yang merupakan asli penduduk desa Sorek, menyatakan dulu orang tuanya miskin. Ketika kelapa sawit masuk ada program PIR Trans. Masyarakat setempat untuk bisa bergabung waktu itu masuk dalam transmigrasi lokal.

“Orang tua saya termasuk dalam transmigrasi lokal. Ketika itu menolak sawit, kemudian diajak ke Medan untuk melihat bagaimana kelapa sawit itu. Waktu itu diterangkan bahwa kalau sudah panen pasti semua petani bisa membeli sepeda. Setelah itu pasti bisa membeli sepeda motor. Setelah itu pasti bisa membeli mobil. Pada awalnya tidak percaya tetapi sekarang ini merupakan kenyataan,” katanya.

Saat ini hampir semua penduduk hidup dari kelapa sawit. Perusahaan juga banyak yang melakukan kemitraan. Salah satunya adalah Musim Mas yang bermitra dengan penduduk lokal (bukan transmigran) lewat program PIR KKPA. “Dari semua kemitraan yang ada di Pelalawan paling bagus adalah Musim Mas. Di perusahaan lain ada juga yang bagus tetapi tidak sebagus Musim Mas. Penghasilan mereka juga paling tinggi yaitu Rp7-8 juta/kavling/bulan,” katanya.

Daerah yang dulu miskin dan banyak tidak berpendidikan sekarang banyak mengirim mahasiswa berkuliah di kota besar seperti Pekanbaru, Medan, Jakarta, Bandung, Yogjakarta dan lain-lain. “Saya termasuk sarjana pertama dari kampung ini. Sekarang sudah ribuan orang kuliah di mana-mana,” kata pemegang gelar akademik SH dan MH dari Yogjakarta ini.
Desa Sorek yang semula berpenduduk 100 KK sekarang sudah berkembang dengan adanya kebun kelapa sawit.

Baca Juga:  SURAT PERMOHONAN TIDAK BERADA PADA LAHAN GAMBUT DIAJUKAN DISBUN/DITJENBUN

Sebagai orang yang merasakan dampak nyata dari kelapa sawit, lewat Asosiasi DPRD Kabupaten Se Indonesia dimana Nasarudin menjadi Ketua Harian, ketika bertemu Jokowi, minta supaya moratorium kelapa sawit jangan diberlakukan di Indonesia Timur.

“Kalau Sumatera bolehlah karena sudah selesai. Tetapi kawasan Timur masih butuh investor membuka kebun kelapa sawit. Masuknya kelapa sawit membuka akses jalan ke daerah terpencil. Ekonomi masyarakat juga pasti berubah dalam 10 tahun,” katanya.

Nasarudin juga masih memperjuangkan supaya setiap PKS membangun pembangkit listrik dari Bio Gas dan hasilnya di jual ke PLN. “Kalau semua PKS di Riau membangun pembangkit listrik bio gas, Riau pasti terang benderang dan murni berasal dari energi terbarukan. Hanya harga Kwhnya lebih mahal sedikit,” katanya.