2nd T-POMI
2024, 6 Februari
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Ternyata saat ini Indonesia telah kokoh meletakkan diri sebagai pemain utama di industri kelapa sawit global. Hal ini tidak lepas dari beberapa indikator. Ketua Forum Kerjasama Produsen benih Kelapa Sawit, Dr. Dwi Asmono pada pembukaan Benih Sawit 2024 dengan tema “Saatnya Industri Benih Sawit menjadi Penguasa Global” yang diselenggarakan Gamal Institute secara virtual (6/2) menyebutkan jika saat ini Indonesia memilik potensi produksi hingga 242 juta  benih, yang dihasilkan dari 20 produsen dengan varietas yang dimiliki sebanyak 68 jenis.

Pada tahun 2023 total distribusi benih sebanyak 124,5 juta sekaligus angka terbesar secara global dimana 1 persennya diekspor meskipun penurunan dari tahun 2022 yang hampir menyentuh 130 juta benih.  Posisi marketshare, PPKS masih nomor satu dan pada tahun 2023 dan  cenderung akan berkontribusi lebih tinggi pada tahun 2024 ini. “Ketika kita bicara hilir maka sawit kita nomor satu, sementara di sisi hulu yakni perbenihan Indonesia juga nomor 1 dunia”, jelas Dwi Asmono. 

Diperkirakan terdapat potensi peningkatan kebutuhan benih karena masih bertumbuhnya kebutuhan akan minyak kelapa sawit  dampak dari peningkatan populasi dunia. Selain itu terjadi perunan supply minyak nabati lainnya seperti bunga matahari akibat kekeringan dan konflik geopolitik di Ukraina.

Hanya saja perlu perhatian penggunaan benih di tingkat smallholder, pasalnya penyebaran benih yang tidak produksi melalui proses breeding illegal masih tetap marak. Dwi Asmono menyoroti adanya pemasaran benih illegal melalui tiktok shop. Saat ini tercatat penjualan kecambah sebanyak  1.088 kali dengan jumlah 271.000 butir atau setara 1.500 ha pengembangan dengan kerugian diperkirakan sebesar Rp. 2,4 Milyar.

Selain itu Indonesia menghadapi ancaman ganoderma sehingga ke depan Indonesia perlu melakukan akselerasi menghasilkan varietas tahan terhadap ancaman penyakit yang belum ada penanggulangannya.

Baca Juga:  Plasma Nutfah Sawit “Pendek” Indonesia Bertambah

Ratna Rubandia, Ketua Tim Kerja Tanaman Kelapa Sawit dan Palma dan menyampaikan bahwa Direktorat Perbenihan Perkebunan mendorong upaya digitalisasi perbenihan kelapa sawit melalui Babebun PSR sehingga aktivitas penyediaan benih siap salur untuk kegiatan peremajaan sawit dapat dipantau secara online. Sementara itu terkait penyebaran kecambah melalui marketplace Direktorat Perbenihan Perkebunan bekerjasama  Forum Kerjasama Produsen benih Kelapa Sawit melakukan pengawasan pemasaran benih di toko online, saat ini sudah terdapat takedown keyword, produk atau vendor di toko online hingga 80 %.

Sementara Taufiq Caesar Hidayat, General Manager Bahan Tanaman Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan menyebutkan jika saat ini konsumen benih di Indonesia dimanjakan dengan berbagai varietas unggul. Umumnya varietas yang ada saat ini memiliki produksi tinggi hingga sampai 40 ton/ha/tahun, cepat berproduksi, kandungan minyak tinggi sampai di atas 7 ton/ha/tahun. Ada juga varietas pelepah pendek dan pertumbuhan meningginya lambat. Selain itu juga ada varietas yang moderat tahan ganoderma.

“Tantangan ke depan ada kebutuhan jenis kelapa sawit yang beta karotin tinggi,  tahan kekeringan dan hemat penggunaan pemupukan. Saat ini di kerjakan oleh produsen benih untuk meningkatkan keberlanjutan kelapa sawit nasional”, jelas Taufiq (NS/HumasDjBun)