2nd T-POMI
2024, 2 Februari
Share berita:

Bandung, Mediaperkebunan.id

Kondisi kelapa sawit tahun 2023 adalah total luas lahan 16,382 juta ha dengan komposisi pekebun 6,881 juta ha (42%), BUMN 733,4 ribu ha (4,5%) dan perusahaan perkebunan swasta 8,767 juta ha (53,5%). Tanaman produktif 13,509 juta ha  (85,2%) yang dimiliki pekebun 5,780 juta ha (84%), BUMN 630,7 ribu ha (86%) dan perkebunan besar swasta 7, 539 juta ha (86%).

Produktivitas 17,3 ton TBS/ha/tahun terdiri dari pekebun 9,6 ton/ha/tahun ;  BUMN 21,3 ton/ha/tahun dan perkebunan besar swasta 22,9 ton/ha/tahun. “Pekebun masih jauh sekali dibawah ideal produktivitas yaitu 25 ton/ha/tahun. Karena itu peningkatan produktivitas pekebun harus jadi prioritas,” kata Plt Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga pada “Workshop Industri Hilir Sawit” yang ditujukan untuk wartawan  oleh Majalah Sawit Indonesia, DMSI dan BPDPKS.

Rendemen total 20,7% terdiri dari pekebun 16,3%, BUMN 21,3% dan perkebunan besar swasta 22,1%. Produksi CPO 50,066 juta ton dengan kontribusi petani 9,034 juta ton, BUMN 2,816 juta ton dan swasta 38,17 juta ton.

Dengan kondisi seperti ini menurut Sahat perlu ada jaminan berusaha bagi pekebun sawit dengan cara kebun mereka segera terbebas dari kawasan hutan dan bersertifikat sehingga bisa bank able. Giatkan pemanfaatan biomass ke arah produksi bernilai tambah tinggi dengan teknologi dan emisi karbon yang rendah serta sawit bernutrisi tinggi.

Dengan teknologi yang ada sekarang, nilai usaha yang diberi sawit industri sawit Indonesia tahun 2023 adalah USD62,9 miliar terdiri dari pasar domestik 22,9 juta ton CPO  dengan harga USD935/ton mencapai USD21,4 miliar; pasar ekspor 33,3 juta ton dengan harga USD1,152 /ton maka mencapai USD38,4 miliar; biomass 140,9 juta ton dengan harga USD21,7 /ton nilainya USD3,1 miliar. “Ini seharusnya bisa ditingkatkan kalau tidak terlalu diregulasi,” katanya.

Baca Juga:  PT MSM Konservasi Burung Pemangsa di Kalimantan

Impor EU dalam 3 tahun terakhir adalah rata-rata berkisar 3,25 juta ton/tahun dan dalam tahun 2023 menurun jadi 2,225 juta ton. Impor sawit EU adalah bahan yang masih sangat hulu sekali yaitu POME dan UCO. “Karena itu Indonesia tidak perlu pusing dengan regulasi EU, cari saja pasar lain kalau mereka tidak mau terima,” katanya lagi.

Ekspor yang aneh adalah POME. Bagi PKS yang efisien POME yang dihasilkan 0,14% dari TBS yang diolah  berarti sekitar 338,6 ribu ton, sedang ekspor POME mencapai 1,17 juta ton (3,4 kali). “Artinya terjadi penjualan minyak sawit sebagai POME karena bea keluarnya hanya 5% saja,” katanya.

Sawit sudah over regulated, dan susah bergerak karena takut salah dan dipenjara. Kebun sawit masih banyak yang terkerangkeng di hutan, tersertifikasi ISPO dan traceable.

Saat ini siklus tanaman sawit sudah menjalani siklus ke 4 dan ke 5, namun serangan penyakit sangat mengkuatirkan. Penyakit seperti penyakit akar, busuk pangkal batang, garis kunung daun. Sudah saatnya ada lembaga khusus yang mengatasi hal ini, kalau tidak tanaman kelapa sawit Indonesia akan terancam secara keseluruhan, jangan sampai mengulangi sejarah tebu masa lalu dimana tebu seluruh dunia terkena penyakit sereh. Untung ada POJ , lembaga penelitian gula dari Pasuruan yang bisa menemukan varietas tahan sereh sehingga tebu dunia selamat. Pohon sawit petani sawit yang terancam akan punah.

Minyak sawit dilihat dari kandungannya identik dengan air susu ibu. Ditemukan teknologi dry process yang mampu menjaga mikro nutrisi alami tinggi sewaktu mengolah TBS menjadi minyak sawit DPFO (Degumed Palm Fruit Oil) dan aplikasi teknologi ramah lingkungan untuk memurnikan DPFO menjadi RPFO (Reseterfied Palm Mesocarp Oil) dengan FFA rendah, beroperasi ditemperatur <70 der C,maka toxic 3-MCPDE dan GE tak terjadi dan mikro nutrisi tetap tinggi, bila diblending dengan susu maka RPFO akan semakin sempurna menjadi senjata pamungkas cegah stunting dan A vitaminosis,

Baca Juga:  APROBI Gandeng Masyarakat Tanam Mangrove