Jakarta, Mediaperkebunan.id
Dalam peluncuran BUN BERMUTU OKE Oktober lalu, Direktur Perbenihan Perkebunan, Ditjen Perkebunan, M Saleh Mokhtar menginisiasi dan memfasilitasi kerjasama penandatanganan kerjasama pengembangan kebun induk kelapa hibrida dan kelapa dalam antara Balitpalma dengan 6 perusahaan.
Menurut Saleh Mokhtar inisiatif Ditjenbun untuk penandatanganan kerjasama ini adalah upaya mendorong pembangunan kebun induk kelapa. Balit Palma saat ini sudah melepas 32 varietas kelapa Dalam Unggul lokal dan Nasional , 9 varietas kelapa Genjah dan 10 varietas kelapa Hibrida.
Varietas-varietas unggul ini siap digunakan untuk meningkatkan produksi kelapa. Tetapi kalau kebun induk tidak dibangun maka varietas ini tidak akan sampai ke petani. Karena itu Ditjenbun mendorong pembangunan kebun induk dengan melibatkan perusahaan swasta.
Sebagai tindak lanjutnya, menurut Steivie Karouw, Kepala Balitpalma saat ini sedang dalam penyusunan proposal untuk masing-masing perusahaan. “Kondisi setiap perusahaan berbeda-beda, ada yang baru menyiapkan lahan tetapi ada juga yang sudah punya pohon induk kelapa Genjah. Kepada yang sudah mempunyai kebun induk maka yang dilakukan adalah sertifikasi kebun sehingga ketika dilakukan persilangan, benih yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang berlaku,” kata Steivie.
Di Bali misalnya sudah punya kebun induk betina yaitu kelapa Genjah Kuning Nias, Genjah Raja dan Genjah Kuning Bali sehingga bisa dilakukan persilangan. Demikian juga Salim Ivomas Pratama sudah punya kebun induk betina.
Balit Palma juga menindaklanjuti MoU ini dengan membentuk 6 group kecil peneliti sesuai dengan jumlah perusahaan. Prof Hengky Novarianto, pemulia Balit Pama menjadi koordinator yang terus memonitor 6 group ini. Masing-masing group menyusun proposal sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
“Saat penyusunan proposal ketua group menghubungi langsung pihak swasta. Misalnya Salim Ivomas Pratama dari kebun kelapa yang ada sekarang berapa Ha yang akan dijadikan kebun induk sehingga bisa dilakukan perhitungan perkiraan produksi,” katanya lagi.
Akhir November ditargetkan semua proposal selesai, kemudian didiskusikan ditingkat balai dan langsung dibawa ke masing-masing perusahaan. Setiap group akan diskusikan langsung dengan masing-masing perusahaan sehingga dicapai kesepakatan. Contohnya Bali langsung masuk persiapan persilangan.
Balitpalma menyusun teknis kegiatan dalam proposal dan melakukan pendampingan teknis seperti persiapan hibridisasi, emaskulasi, polinasi. Pada tahap awal Balit Palma terjun langsung memberikan bimbingan pada tenaga kerja di perusahaan sehingga mereka mampu melakukan proses persilangan sendiri.
“Membuat benih kelapa hibrida merupakan bisnis yang menguntungkan sehingga perusahaan banyak yang tertarik. Apalagi sampai sekarang demand masih jauh lebih tinggi dari suply. Harga benih kelapa hibdrida juga tinggi. Omset produsen benih kelapa hibrida bisa mencapai miliaran rupiah. Perusahaan tentu sudah memperhitungkan untung rugi dan mereka masuk kebisnis ini karena yakin akan untung,” kata Stevie.