Bogor, mediaperkebunan.id – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan terus berupaya meningkatkan produktivitas, produksi, nilai tambah dan ekspor serta kontribusi komoditas perkebunan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Tahun 2022 Sub sektor Perkebunan Indonesia harus lebih maju, mandiri dan modern serta mampu kuasai pasar ekspor karena komoditas perkebunan terbukti telah menjadi sektor strategis yang mendukung kinerja positif pertanian khususnya selama pandemi Covid-19.
Plt. Dirjen Perkebunan, Ali Jamil menyampaikan, ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti antara lain penyusunan grand design pembangunan rempah Indonesia serta menyusun grand design pengembangan gula konsumsi yang berbasis tebu dan non tebu, baik dari hulu sampai hilirisasi dalam kerangka percepatan/akselerasi kegiatan pengembangan tanaman semusim dan rempah tahun 2022.
Seperti diketahui bahwa pekebun rakyat memerlukan dukungan untuk bangkit dalam menghadapi beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan dan membangun perkebunan, sehingga perlu ada intervensi pemerintah, kerjasama dan sinergi antara kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan lainya.
Sehingga skema anggaran dalam pembangunan perkebunan rakyat, mulai diarahkan agar tidak hanya bergantung pada anggaran APBN, tetapi diarahkan pada pemanfaatan dana Kredit Usha Rakyat (KUR), corporate social responsibility (CSR) dan sumber pembiayaan lainnya.
“Oleh karena itu, kami meminta kepada segenap jajaran pertanian dan stakeholders terkait agar bekerja bersama-sama memastikan pelaksanaan kegiatan hingga tercapainya tujuan pengembangan pembangunan perkebunan,” ujar Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Ardi Praptono.
Ardi menambahkan, Saya minta semua dapat melaksanakan kebijakan dan program pembangunan perkebunan di tahun 2022 ini agar lebih maju, lebih mandiri dan lebih modern dibanding 2021. Untuk itu, tingkatkan kerjasama dan bersinergi dengan antara Eselon I, Kementerian dan Lembaga, Pemerintah Daerah dan mitra lainnya. Semua pihak harus bekerja keras di lapangan, harus mengerti, bisa dan mampu menjalankan kebijakan, program dan arahan.
Sehingga dalam hal ini untuk merumuskan secara operasional langkah-langkah kongkrit percepatan program dan kegiatan pembangunan perkebunan 2022.
“Ini adalah momentum untuk konsolidasi dan evaluasi atas apa yang sudah kita lakukan satu tahun kebelakang, dan apa yang akan kita lakukan ditahun mendatang, maka di tahun 2022 Perkebunan harus lebih berhasil, lebih baik lagi,” ujar Ardi.
Seperi diketahui, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Pertanian Januari-November 2021 sebesar 569,11 triliun rupiah naik 42,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang hanya mencapai 399,45 triliun, dan sebagian besar dari nilai tersebut merupakan kontribusi dari sektor perkebunan, sedangkan untuk luas areal perkebunan Indonesia mencapai 27,5 juta hektar dan 65 persen diantaranya adalah perkebunan rakyat.
Sehingga dalam hal ini Ditjen Perkebunan mengapresiasi seluruh Kepala Dinas yang Membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten yang telah memberikan kontribusi nyata dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan, sehingga sektor perkebunan berkontribusi besar dalam upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di tengah kondisi pandemi Covid-19.
“Marilah kita tingkatkan terus ekspor komoditas perkebunan di tahun 2022 secara kualitas dan kuantitas, tidak hanya untuk kelapa sawit, tetapi juga untuk komoditas strategis lainnya, seperti kopi, kakao, kelapa, karet, kayu manis, lada, dan pala. Buat target-target dan upaya konkritnya secara lebih terukur,” ujar Ardi.
Lebih lanjut, Ardi pun mengungkapkan, terkait dengan swasembaga gula konsumsi harus mendapatkan perhatian yang serius. “Kita harus susun langkah-langkah konkrit dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tebu, peningkatan kapasitas dan efisiensi pabrik gula (PG) berbasis tebu (gula konsumsi), peningkatan penyerapan tenaga kerjanya serta peningkatan pendapatan petani/pekebun,” ungkap Ardi.
Ardi juga menerangkan, “saat ini kita diarahkan ke industrialisasi, pastikan luasan pengembangannya berskala ekonomi, produksi dan produktivitas komoditasnya sesuai skala industri. Rancang kegiatan dan anggaran secara multiyear, buat target pencapaian yang dapat diukur setiap triwulan.”
Menurut Ardi, di era industri 4.0 pembangunan infrastruktur berbasis digital menjadi sebuah keniscayaan. Digitalisasi perkebunan menjadi kunci kecepatan dan ketepatan dalam akselerasi pembangunan perkebunan. Terus dilengkapi AWR perkebunan yang telah ada, dan di-link-kan dengan AWR Pusat dan Daerah di Kostratani. “Selain itu juga dikembangkan digitalisasi dalam pelayanan perijinan, peningkatan akurasi data, market place dan ekspor perkebunan,” pungkas Ardi.