2017, 13 Oktober
Share berita:

Lembang – Teknologi pertanian tidak hanya medapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian tapi juga menguntungkan. Melihat hal ini maka sudah saatnya mengedukasi seluruh petani untuk berbudidaya menggunakan teknologi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Bandel Hartopo dalam Lokakarya yang dilaksanakan dari tanggal 12 – 14 Oktober 2017 ini, menggandeng Forum Wartawan Pertanian (FORWATAN) dan Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI).

“Jadi sekarang sudah saatnya mengarah kepada teknologi pertanian. Sebab dengan menggunakan teknologi tidak hanya lebih efektif dan efisien, tapi juga meningkatkan produktivitas per hektarnya yang otomatis ikut mendorong peningkatan ekonomi petani tersebut,” ucap Bandel.

Namun, Bandel mengakui untuk mengedukasi petani mengarah kepada teknologi pertanian tidaklah semudah membalikan tangan. Sebab sebelum melakukan edukasi kepada petani, haruslah mengedukasi para penyulunya terlebih dahulu.

“Tujuannya agar pada saat saat penyuluh mengedukasi petani, penyuluh sudah lebih menguasai teknologi yang akan diajarkan kepada petani,” harap Bandel.

Sebab, Bandel membenarkan diluar negeri pun saat ini sudah mengarah kepada teknologi pertanian. Alhasil, dengan keterbatasan lahan maka bisa memaksimalkan produktivitasnya. Dalam hal ini tidaklah heran jika pelatihan-pelatihan pertanian yang ada di luar negeri tidak hanya satu atau dua kali pelatihan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan di Indonesia yang minim pelatihan pertanian.

Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Bandel Hartopo

Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Bandel Hartopo

Melihat kondisi tersebut maka BBPP Lembang komitmen untuk terus melakukan pelatihan-pelatihan baik kepada masyarakat umum, petani, instansi pemerintah, hingga kepda para penyuluh itu sendiri.

“Kita ingin agar saat para penyuluh terjun ke lahan petani bisa mengedukasi menggunakan teknologi. Diantaranya mulai teknologi tanam, hingga pasca panen,” papar Bandel.

Baca Juga:  Ironis, Petani Resah Sertifikat Ditahan

Meski begitu, Bandel menghimbau, BBPP Lembang tidak boleh mengeluh dan harus mampu membiayai dirinya sendiri. Maka BBPP Lembang, diperkenankan untuk menjual komoditas hasil dari penelitiannya melalui sumber pendapatan non paket.

“Sehingga melui teknologi itu jugalah BBPP Lembang pendapatnya bisa melebihi dari target, yaitu dari Rp 70 juta menjadi Rp 400 juta,” tutur Bandel.

Tumpang Sari Kebun – Hortikultura

Ditempat terpisah, Peneliti Balai Penelitian Sayur (Balitsa) Lembang, Prof. Suwandi membenarkan bahwa dengan menggunakan teknologi pertanian justru meningkatkan pendapatan, dan itu bukan hanya pada pembibitannya saja, tapi juga aplikasi atau budidaya dilapangan.

Salah satu diantaranya yaitu tumpang sari kebun – hotikultura, dan itu sejalan dengan salah satu program Presiden RI, Jokowidodo (Jokowi) berkomitmen untuk menciptakan kedaulatan pangan. “Salah satu bentuk tumpangsari kebun – hotikultura yaitu sawit dengan cabai atau tomat,” saran Suwandi.

Adapun metodenya, Suwandi mengajarkan, yaitu dengan memanfaatkan sela-sela tanaman perkebunan dengan menanam cabai selama satu siklus dan dilanjuti dengan tomat satu siklus lagi secara bergantian mulai dari tanaman belum menghasilkan (TBM) hingga tanaman menghasilkan (TM).

“Sehingga dengan memanfaatkan sela-sela tanaman perkebunan sebelum menghasilkan, bisa dimanfaatkan dengan menanam tanaman hortikultura hingga tanaman perkebunan menghasilkan. Dengan begitu petani bisa tetap mendapatkan hasil selama tanaman perkebunan belum menghasilkan,” urai Suwandi.

Adapun untuk menyiasati hama pada cabai bisa menggunakan lampu perangkap hama (light trap). Bentuk light trap juga bermacam-macam serta juga bisa menggunakan sumber tenaga surya. “Artinya dengan menggunakan teknologi pertanian maka bisa meningkatkan pendapatan bagi petani,” pungkas Suwandi. YIN