2017, 2 Agustus
Share berita:

Dari kebun sawit Indonesia dapat dihasilkan bahan baku bioplastik yang lebih ramah lingkungan, mengganti plastik berbahan baku kimia minyak bumi yang tidak ramah lingkungan.

Plastik merupakan bahan yang sangat luas dipakai dalam berbagai industri seperti industri kemasan, industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri mainanan anak-anak, perabot dan peralatah rumah tangga hingga tas belanja. Kebutuhan plastik di Indonesia sekitar 5 juta ton per tahun dengan pertumbuhan rata-rata 5 persen tahun.

Bahan baku plastik yang ada selama ini yakni polipropilena dan poliproetilena merupakan produk kimia turunan dari minyak bumi, sehingga selain dapat mengganggu kesehatan, beracun, juga sulit terurai secara alamiah (non degradable) dan mengotori lingkungan. Ratusan ribu ton plastik setiap tahun dibuang ke lingkungan. Patut dicatat bahwa saat ini Indonesia adalah negara kedua terbesar (setelah China) dunia yang mengotori lingkungan dengan plastik kotor itu.

Selain mengotori lingkungan Indonesia sendiri, sekitar 50 persen bahan baku plastik yang dihasilkan di Indonesia masih diimpor. Devisa yang terkuras untuk mengimpor barang kotor tersebut mencapai sekitar 7 milyar dollar Amerika Serikat setiap tahun. Sudah mengotori lingkungan dan mengganggu kesehatan, menguras devisa yang besar pula.

Kini saatnya kita mengakhiri produksi dan penggunaan plastik kotor tersebut dan beralih ke bioplastik dari sawit. Indonesia memiliki Kebun sawit sekitar 11 juta hektar dan menghasilkan minyak sawit (CPO dan PKO) sekitar 35 juta ton per tahun. Selain minyak sawit, juga menghasilkan sekitar 167 juta ton per tahun bahan kering biomas berupa tandan kosong, serat buah, batang,pelapah daun dan cangkang yang tersedia sepanjang tahun. Biomas tersebut khususnya tandan kosong, serabut buah, telah terkumpul di Pabrik Kelapa Sawit sehingga tidak memerlukan biaya untuk mengumpulkannya.

Baca Juga:  Skema Kemitraan Baru Perusahaan Perkebunan

Dari biomas dan minyak sawit dapat menjadi bahan baku bioplastik.Berbagai Universitas dan lembaga riset telah banyak meneliti bioplastik berbasis sawit ini. Jika pemerintah serius mendukung start-up industri bioplastik berbasis sawit ini, tidak perlu waktu lama Indonesia sudah dapat menggunakan bioplastik sebagai pengganti plastik kotor tersebut diatas. Hanya dari biomas sawit saja tidak sulit menghasilkan 6 juta ton bioplastik setiap tahun.

Bioplastik berbasis sawit memiliki keunggulan dibandingkan plastik kotor dari bahan kimia minyak bumi. Biopalstik dapat terurai secara alamiah (biodegradable) sehingga tidak mengotori lingkungan. Juga karena terbuat dari bahan organik, tidak bersifat racun atau menggangu kesehatan. Selain itu, bioplastik berbasis sawit yang semuanya dihasilkan dari dalam negeri akan menghemat devisa impor plastik sekitar 7 milyar dollar tersebut. Bahkan sebaliknya, tidak tertutup kemungkinan Indonesia kedepan menjadi salah satu eksportir biji bioplastik dunia.

Sekarang, tinggal keseriusan Pemerintah untuk mendukung pengembangan industri bioplastik ini. Ahli-ahli di Perguruan Tinggi kita sudah banyak yang menekuni bioplastik ini. Jika ada dukungan kebijakan dan pembiayaan, akan cepat menghasilkan bioplastik ini. LSM lingkungan yang selama ini memberi perhatian pada kelestarian lingkungan, perlu memberi dukungan pada pengembangan industri bioplastik berbasis sawit ini. Sumber: sawit.or.id/YIN