Berbagai cara terus dilakukan oleh setiap instansi pemerintah dalam mengembangkan hilirisasi pada komoditas kelapa sawit. seperti yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian.
Strategi pemerintah untuk mengembangkan hilirisasi sawit yang dibuat Kementerian Perindustrian, adalah pada tahap awal produk oleofood yang dihasilkan dari proses refined, fractionated dan modified (RFM) yaitu minyak sayur, minyak sayur super, kembang gula dan pengganti mentega. Kemudian meningkat jadi oleochemical yaitu fatty acid, fatty alcohol, produk-produk kebersihan, produk-produk perawatan wajah dan kuliy, kosmetik dan farmas1.
Selanjutnya produk bioenergi seperti bioetano dari TBS, biodiesel, bio jet fuel dan bahan bakar nabati dari biomassa. Kemudian produkproduk lanjutan seperti bio pelumas, bio plastik, bio surfactan, bio aspal dan lain-lain.
Tahun 2011-2015 yang sudah berakhir fokus optimalisasi kapasitas terpasang, penggantian refinery baru yang lebih efisien, meningkatkan kapasitas biodiesel, menstabilkan rantai nilai dari oleokimia dasar, dan memperkuat iklim bisnis dan investasi. Fokus produk : minyak sayur, margarin, shortening, pengganti cocoa butter, fatty acid, fatty alkohol dan biodiesel.
Sedang jangka menengah yang dimulai tahun 2016 sampai 2020 fokus pada downstream khusus untuk mendukung ketahanan pangan, kecukupan nutrisi, dan gaya hidup higienis untuk masyarakat Indonesia dan regional. Produk fokus pada beta karoten toco pherol, toco trienol, minyak sawit merah, protein sel tunggal, produk perawatan dan produk kebersihan yang lebih lembut (mild).
Sedang jangka panjang antara 2020 sampai 2050 fokus pada material lanjut untuk menggantikan produk yang bahan bakunya dari sumber tidak terbarukan. Fokus produk adalah bio aspal, bio surfactan, bio polimer, bio jet fuel, bio lube, bio emulsifier. S