Bandung, Mediaperkebunan.id
Menghadapi Ganoderma, Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan, Badan Riset dan Inovasi Nasional sedang melakukan berbagai riset yang didanai BPDPKS. Riset eksisting tentang hal ini adalah pemanfaatan artifical intelegence dan big data molekuler dalam perakitan marka seleksi tanaman kelapa sawit tahan penyakit Ganoderma berbasis Marka SNP; perakitan teknologi deteksi cepat untuk indikator lingkungan (residu pestisida) pada lahan kelapa sawit; Utilisasi drone untuk peningkatan efektivitas polinasi kelapa sawit. Dwirina Wikan Utami, Kepala Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyatakan hal ini pada Simposium Internasional Ganoderma yang diselenggarakan Media Perkebunan, P3Pi dan BPDPKS di Bandung.
Perbanyakan klonal kelapa sawit. Inovasi Pengembangan Peningkatan Kualitas Benih Sawit Bioproteksi secara dini secara invitro untuk ketahanan cekaman biotik dan abiotik. Yaitu indukan sawit unggul diperbanyak klonal secara invitro, inovasi perbanyak spora mikoriza secara invitro, inovasi simbiosi in vitro mikoriza pada planlet kelapa sawit; planlet sawit plus mikoriza, aklimitasi-lapang (benih sawit dengan bioproteksi dini-memiliki ketahanan cekaman sejak tahap aklimatisasi).
Keuntungan benih sawit dengan bioproteksi dini secara invitro melindungi benih secara dini sebelum masuk tahap aklimatisasi; efisiensi dalam penggunaan mikoriza (spora mikoriza akan terus bertambah banyak dalam akar kelapa sawit); ekonomis (tidak perlu aplikasi mikoriza tambahan di tahap prenursery, nursery dan penanaman di kebun; memiliki ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik sejak dini; membantu mengembalikan kesuburan lahan perkebunan; berkontribusi dalam pertanian berkelanjutan.
Strategi penerapan Best Management Practises 1 meliputi kriteria panen dan frekuensi, pemangkasan dan formasi pemasangan pelepah; jumlah nutrisi, sumber, waktu dan aplikasi; manajemen gulma dan vegetasi berguna. Riset yang sedang berjalan peningkatan produktivitas kelapa sawit dan keberlanjutannya melalui best management practises.
Ganoderma merupakan patogenik kelapa sawit dan mempunyai kisaran inang yang luas seperti kelapa, karet, teh, kakao dan tanaman hutan. Di Indonesia, penyakit ini sudah menyerang kelapa sawit di Sumut, Riau dan Lampung dengan tingkat serangan mencapai 20-30% dan berakibat pengurangan jumlah Tandan Buah Segar dan menurunkan rendemen.
Penularan melalui kontak akar tanaman sehat dengan sumber inokulum yang dapat berupa akar dan batang sehat. Kejadian penyakit BPB pada kelapa sawit meningkat pada kebun yang sebelumnya atau ditanam bersamaan dengan kelapa, terutama pada kebun yang terdapat sisa-sisa tunggul-tunggul kelapa yang terbenam di dalam tanah. Ganoderma dapat hidup pada tunggul karet dan kakao. Kebun yang banyak mempunyai tunggul karet, kelapa sawit, kelapa atau tanaman hutan lain akan mempunyai cenderung mempunyai kejadian penyakit yang tinggi. Secara seksual bisidiospore yang dapat menyebar oleh angin atau serangga vektor.
Serangan Ganoderma akan semakin cepat dan semakin tinggi dengan bertambahnya siklus replanting. Generasi pertama baru terjadi pada umur 15-20 tahun; generasi kedua bisa terjadi pada umur 8-10 tahun setelah tanam; generasi ketiga dijumpai pada TBM; umur ekonomis kelapa sawit dapat berkurang dari 25 tahun pada generasi pertama menjadi kurang dari 15 tahun pada generasi ketiga, akibat banyaknya pokok yang tumbang.
Strategi manajemen pengelolaan Ganoderma praktik budidaya, seperti sanitasi, bonggol dan sisa akar. Penggunaan varietas kelapa sawit yang tahan. Metode pengendalian biologis dan pendekatan pengelolaan penyakit terpadu sedang berlangsung untuk memerangi dampak Ganoderma pada perkebunan kelapa sawit.