2nd T-POMI
2017, 28 Februari
Share berita:

Sebagai sebuah institusi pendidikan terkemuka dan berdaya saing, IPB terus berupaya membangun mutu pendidikan yang kompetitif. Dalam penyediaan tenaga kerja terampil, kedepan Program D3 IPB akan dikembangkan menjadi sekolah vokasi , dan selanjutnya akan didorong menjadi program pendidikan sarjana terapan (D4). Rektor Institut Pertanian Bogor, Prof.Dr. Ir. Herry Suhardiyanto. Msc, menyatakan hal ini kepada Perkebunannews.com.
Setelah itu disiapkan juga magister terapan dan doktor terapan. Satu hal yang akan dibangun juga adalah pengembangan kurikulumnya menggunakan dual system yaitu kegiatan pendidikan di kampus dan penguatan kemitra bisnis industri.
Dalam kompetensi keahlian perkebunan, setelah belajar di kampus kemudian harus di praktekkan di kebun. Dua kegiatan ini menjadi satu kesatuan yang saling mendukung. Tantangan ke depan adalah menentukan berapa bobot SKS kegiatan di kebun , dan mekanisme penilaiannya.
Dalam membangun langkah ini, Sekolah Vokasi IPB dapat mengadopsi contoh keberhasilan di Jerman dan Jepang yang eksposure mahasiswa dengan kegiatan bisnis di lapangan sangat intens . Pola ini kemudian yang membuat Jerman menjadi negara yang paling rendah angka penganggurannya di Uni Eropa.
Pendidikan vokasi sarjana terapan D4 ke depan akan banyak diperlukan. Sementara saat ini jumlahnya masih sedikit dibanding populasi mahasiswa. Sarjana terapan, magister terapan dan doktor terapan ini harus betul-betul disiapkan supaya sesuai dengan kebutuhan bangsa.
Indonesia juga harus mempunyai semacam manpower need untuk ekonomi nasional. Sektor perekonomian 5 – 10 tahun ke depan seperti apa, dengan skenario investasi, perkembangan usaha yang dipilih. Kalau diperkebunan , perkembangan bisnisnya seperti apa, ragam komoditinya apa saja, berapa ahli madya, sarjana terapan, magister terapan, doktor terapan yang dibutuhkan harus terpetakan secara baik.
“Jangan semuanya masuk dalam program studi yang sebenarnya tidak diperlukan. Link and match antara kebutuhan di lapangan dan perguruan tinggi ini harus benar-benar diperhatikan. Kurikulum pembelajaran kita akan adopsi dual sistem antara kampus dan dunia kerja, kalau dalam perkebunan termasuk pengolahan,” katanya.
“Kalau sudah terpetakan dengan baik, jika kita rekrut mahasiswa mulai dari sekarang maka 3-4 tahun kemudian setelah dia lulus bisa langsung memenuhi kebutuhan industri. Kalau tidak disiapkan, nanti ada satu bidang terlalu banyak lulusanya padahal kebutuhanya sedikit. Sementara bidang lain yang kebutuhannya banyak tetapi lulusannya hanya sedikit sehingga industri kesulitan mencari tenaga kerja,” kata Rektor IPB menambahkan.

Baca Juga:  Kementan Fasilitasi Kasus di Perkebunan