JAKARTA, mediaperkebunan.id – Program Biodisel sebaiknya cukup hingga B50. Jika campuran minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dinaikkan lagi akan terjadi defisit atau kekurangan 1,24 juta ton.
Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Gulat ME Manurung mengatakan, ketersediaan CPO untuk B40 masih cukup. Namun ketika dinaikkan ke B50 maka semua produk CPO Indonesia (2023, misalnya 48 juta ton) akan habis untuk kebutuhan domestik seperti pangan, ileokimia, medis dan biodisel B50 tadi.
“Kalau kita maju terus dari B40 kita akan stop pada B50. Karena akan defisit 1,24 juta ton CPO jika patokan kita ke volume CPO tujuan ekspor tahun 2023 lalu sebesar 2,04 juta ton,” jelas Gulat dalam diskusi bertajuk “Rencana Penerapan B40: Manfaat dan Tantangan” di Jakarta Convention Center, beberapa waktu lalu.
Menurut Gulat, jika pemerintah memaksakan program biodisel hingga B50 akan tidak bisa ekspor sawit Indonesia. Sehingga dengan B50 berarti tidak ada pemasuk devisa negara. “Ini berbahaya,” tandasnya.
Gulat mengungkapkan, program B35 menyerap 13,15 juta kiloliter CPO. Ke depannya kebutuhan CPO untuk dalam negeri dan dunia pasti akan terus bertambah.
Namun, lanjut Gulat, di saat bersamaan produksi sawit nasional semakin menurun akibat tanaman tua, kebun sawit rakyat tidak produktif dan terganggunya target PSR oleh beban regulasi yang negatif terhadap target.
Gulat berharap, pemerintah melalui kementerian terkait untuk segera berbenah mempermudah petani sawit, khususnya petani swadaya yang luasnya mencapai 93 persen dari total luas perkebunan rakyat 6,87 juta hektare (ha) untuk ikut program peremajaan sawit rakyat (PSR).
Menurut Gulat, rendahnya produktivitas sawit Indonesia diakibatkan rendahnya produktivitas kebun sawit rakyat yang masih 25-30 persen dari potensinya. Sebelum PSR itu produktivitas CPO nya hanya 1,8-3 ton/ha.
“Tapi setelah PSR menurut data petani yang sudah berhasil PSR akan mencapai 8-9 ton per hektare per tahun. Kalau ini kita simulasikan dimana 75 persen saja kebun sawit rakyat ikut PSR, akan ketemulah produksi petani 60 juta ton/tahun. Kalau digabung dengan produksi CPO perusahaan sudah diatas 100 juta ton,” jelas Gulat. (YR)
