2024, 2 Februari
Share berita:

Bandung, Mediaperkebunan.id

Luas serangan Ganoderma sp di perkebunan kelapa sawit rakyat tahun 2023 tercatat Aceh 483 ha, Sumatera Utara 34.541 ha, Babel 1.350 ha, Riau 1.014 ha, Sumatera Barat 135 ha, Sumatera Selatan 310 ha, Bengkulu 640 ha dan Sulawesi Barat 7.645 ha. Hendratmojo Bagus Hudoro, Direktur Perlindungan Perkebunan menyatakan hal ini dalam Simposium Internasional Ganoderma yang diselenggarakan BPDPKS, Media Perkebunan dan Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI).

Upaya yang telah dilakukan adalah Pengamatan serangan Ganoderma sp disemua provinsi sentra kelapa sawit melalui Aplikasi Sistem Informasi Pelaporan dan Rekap Data OPT (Sipereda OPT); teknologi informasi melalui aplikasi Sistem Informasi Konsultasi Kesehatan Tanaman (SINTA); pengendalian Ganoderma sp pada lokasi kegiatan PSR didanai oleh BPDPKS; menerbitkan beberapa jenis buku yaitu Buku Pedoman Pengendalian dan Buku Pedoma Instruksi Kerja Pengamatan dan Pengendalian Ganoderma Sp untuk petugas POPT dan dan petani.

Isu strategis terkait Ganoderma ini adalah terbatasnya data serangan OPT Ganoderma sp; data yang tersaji hanya pada perkebunan rakyat; terbatasnya jumlah dan kapasitas tenaga POPT; penyebaran OPT sangat cepat; terbatasnya pendanaan; pengendalian masih parsial.

Karena itu perlu perlindungan partisipatif yang melibatkan peran dan kontribusi seluruh stake holder dalam upaya pencegahan dan pengendalian OPT sesuai kewenangan dan kemampuan. Sinergi semua pihak yaitu petani, perusahaan perkebunan; perbankan; pemerintah; lembaga penelitian; perguruan tinggi; asosiasi petani; perusahaan pestisida dan perusahaan alat dan mesin.

Untuk kelapa sawit tugas Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan bidang pengendalian OPT; penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengendalian OPT; pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengendalian OPT; pelaksanaan evaluasi dan laporan kegiatan bidang pengendalian OPT.

Baca Juga:  Presiden: Sektor Kelapa Sawit Membanggakan

Lesson learned penanganan OPT perkebunan adalah petani mandiri, pembangunan perkebunan yang mandiri harus didukung petani yang juga mandiri sehingga pembinaan/bimbingan teknologi atau sharing pengetahuan dan keterampilan sangat penting. Upaya preventif, OPT yang dibiarkan tidak dikendalikan tidak hanya menyebabkan tanaman rusak dan tidak produktif, tetapi jug kematian tanaman,

Penanganan OPT yang terlambat (dengan catatan OPT yang masih dapat dikendalikan dan tanaman kembali produktif) akan meningkatkan biaya pengendalian. Oleh karena itu kegiatan preventif sangat penting/krusial.  Upaya preventif dapat mencegah terjadinya eksplosi serangan OPT yang berujung pada kehilangan hasil perkebunan.

GHP ramah lingkungan, adanya penolakan ekspor akibat cemaran residu kimia mengharuskan GHP dilakukan secara ramah lingkungan. Input produksi yang ramah lingkungan, murah dan mudah didapat di lingkungan sekitar.

Penerapan PHT tanaman perkebunan meminimalisir penggunaan input kimia yang merupakan titik awal mendukung perkebunan berbasis bioindustri dalam hal zero waste, eco friendly. Membimbing dan menyiapkan petani untuk mandiri melalui kegiatan penerapan PHT  yang merupakan sekolah lapang bagi petani.

Komponen dalam kegiatan penerapan PHT melatih petani untuk mengenali dan menganalisis ekosisistem di kebunnya; petani mampu membuat pupuk organik dan bahan pengendali dari bahan-bahan yang ada disekitar serta mengaplikasikannya secara mandiri; petani juga mampu untuk membuat pupuk kandang dari ternak yang dimiliki oleh petani atau ada disekitar petani; input produksi berasal dari kebunnya sendiri.