2016, 17 November
Share berita:

Masih ingatkah syair lagu anak yang bunyinya, “cangkul, cangkul, cangkul yang dalam. Menanam jagung dikebun kita”. Hal itulah yang saat ini dilakukan oleh komoditas perkebunan dalam membantu produksi padi jagung dan kedelai (pajale).

“Jadi kita (perkebuanan) baik itu kelapa sawit, karet, kakao atau lainnya akan melakukan pola tumpang sari dengan tanaman jagung seluas 1 juta hektar demi mendorong produksi jagung nasional,” kata Direktur Jenderal Perkebunan, Kemnteria Pertanian, Bambang.

Adapun polanya, menurut Bambang yaitu pada tanaman replanting atau tanaman belum menghasilkan (TBM) di sela-selanya ditanami dengan tanaman jagung. Artinya dalam 1 hektar lahan perkebunan yang akan direplanting atau TBM bisa 60 persennya ditanami jagung atau diantara tanaman perkebunan.

“Melalui pola itu maka petani perkebunan sambil menunggu hasil perkebunannya bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan hasil jagungnya,” harap Bambang.

Melihat pentingnya gerakan tersebut, Bambang akan bekerjasama tidak hanya dengan petani mandiri tapi juga dengan perusahaan besar swasta (PBS) dan perusahaan besar negara (PBN). Melalui kerjasama tersebut maka angka 1 juta hektar untuk mendorong produksi jagung nasional tidaklah sulit.

“Jadi kami minta kepada perusahaan baik itu swasta maupun PTPN untuk menanam jagung sebagai tanaman sela di lahan perkebunan mereka yang baru diremajakan,” ucap Bambang.

Disisi lain, Bambang menjelaskan, pelaku perkebunan tidak perlu merasa khawatir terhadap tanaman perkebunan yang akan ditanami jagung. Sebab pemerintah tidak hanya memberikan benih jagung untuk tanaman selanya, tapi juga akan memberikan lengkap dengan pupuknya.

Artinya pekebun tidak perlu khawatir terhadap tanaman kebunnya, sebab tanaman kebun dan tanaman jagung masing-masing diberi pupuk. Tujuannya agar tanaman kebun bisa tumbuh dan berkembang dengan hasil yang baik pada saat masuk masa tanaman menghasilkan (TM), dan tanaman jagung pun akan menghasilkan buah yang baik.

Baca Juga:  ISPO Butuh Konsolidasi Semua Pihak

“Jadi pekebun tidak perlu khawatir karena pemerintah tidak hanya memberikan benihnya saja tapi juga dengan pupuknya pada program tumpang sari ini,” tutur Bambang.

Melihat hal ini, Bambang memprediksi, maka pada tahun depan ada potensi lahan yang akan diremajakan sekitar 400 – 500 ribu hektar di lahan perkebunan kelapa sawit. Maka lahan seluas tu akan digunakan untuk menanam jagung.

Nantinya penanaman jagung ini akan berhenti ketika usia tanaman di lahan tersebut sudah memasuki empat sampai lima tahun. “Kami sudah coba ada lahan seluas 150.000 ha di Riau milik petani plasma untuk ditanami jagung pada akhir tahun ini,” pungkas Bambang. YIN