2nd T-POMI
2019, 10 Maret
Share berita:

BANYUASIN, Perkebunannews.com – Pengurangan pasokan karet ke pasar global akan berlaku April mendatang. Tiga negara produsen karet dunia yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) sepakat mengurangi ekspornya. Diharapkan harga karet akan naik.

Ketiga negera itu masing-masing Thailand 124 ribu ton, Indonesia 98 ribu ton, dan Malaysia 18 ribu ton. “Dalam jangka pendek mengurangi 240 ribu ton untuk tidak di ekspor,” ujar Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, seusai Silaturahmi Presiden Joko Widodo dengan pekebun karet Sumatera Selatan di Banyuasin, Sabtu (9/3).

“Nah permasalahannya kapan akan dimulai. Prinsipnya April akan dilaksanakan,” kata Kasdi.

Kasdi menyebutkan, kesepakatan ITRC dalam pengurangan pasokan karet itu dalam waktu 3 bulan. “Saat kita punya rencana kesana harga sudah naik, dan sekarang sudah naik,” tukasnya.

Selain itu, lanjut Kasdi, konsumsi karet di dalam negeri juga akan ditingkatkan seperti untuk campuran aspal, bantalan kereta, dan sebagainya. Untuk ini Kementerian Perkerjaan Umum Perumahan Rakyat bersinergi dengan Kemendagri agar membeli karet rakyat.

Saat ini perencanaan di Kemeterian PUPUR hanya untuk jalan nasional. Sedangkan kabupaten kota juga akan melakukan pembelian karet rakyat untuk jalan di daerah. Sehingga diharapkan serapannya akan banyak.

Sedangkan dalam jangka panjang, replanting itu juga termasuk dalam kesepakatan. “Thailand 65 hektar (Ha) pertahun, Malaysia 25 ribu Ha pertahun. Kalau Indonesia potensinya 700 ribu hektar dengan usia 20-25 tahun,” jelas Kasdi.

Menurut Kasdi, harga karet yang masih diatur pasar global merupakan tantangan. “Maka kita akan membuat harga karet kuat. Diversifikasi atau olahan karet, potensinya level petani tidak hanya menjual getas tapi sudah mengolah sarung tangan minimal crumb rubber itu kadarnya 50-60 persen,” ujarnya. (YR)

Baca Juga:  PERLU ADA INPRES PERCEPATAN PEREMAJAAN KEBUN SAWIT RAKYAT