Ditengah-tengah merosotnya harga komoditas pertanian, tapi harga komoditas kopi masih tetap stabil bahkan cenderung meningkat.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman optimis akan meningkatkan produktivitas tanaman kopi. Hal ini mengingat tanaman kopi saat ini adalah komoditas yang cenderung harganya justru meningkat meskipun harga komoditas strategis justru menurun seperti kelapa sawit dan karet . Untuk itu pihaknya menetapkan 11 komoditas pertanian yang harus difokuskan.
Adapun dari 11 komoditas tersebut, 7 diantaranya yaitu komoditas pertanian yang menjadi prioritas swasembada pangan. Sedangkan 4 komoditas lainnya yaitu komoditas pertanian strategis seperti kopi, kakao, kelapa sawit dan karet.
Komoditas stretegis tersebut perlu dibenahi dengan cara melakukan peremajaan dan intensifikasi. Hal ini perlu dilakukan mengingat 4 komoditas tersebut mempunyai nilai tambah dan daya saing. “Kita juga akan memfokuskan pada empat komoditas strategis untuk peningkatan produksi empat komoditas sesuai program pemerintahan,” janji Amran.
Lebih lanjut, Amran menjabarkan, adapun produksi dari 4 komoditas steregis perlu ditingkatkan karea komoditas tersebut ikut memberikan devisa negara. Diantaranya kelapa sawit sebesar Rp31 triliun, karet sebesar Rp25,9 triliun, kopi sebesar Rp23 triliun dan kakao sebesar Rp21 triliun.
Sedangkan 7 komoditas yang menjadi prioritas yaitu padi yang mencapai Rp359,4 triliun, jagung Rp78,2 triliun, kedelai Rp7,7 triliun, gula Rp33,2 triliun, daging sapi atau kerbau Rp56,5 triliun, cabai Rp49,4 triliun dan bawang merah Rp27,1 triliun.
Alhasil dengan 11 komoditas tersebut akan menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp 712,4 triliun. “Sehinga harus diakui dari 11 komoditas tersbut memiliki kontribusi nyata dalam perekonomian nasional dan menjadi penting sebagai basis kedaulatan pangan sekaligus ruang ekonomi rakyat,” terang Amran.
Disisi lain, menurut catatan Amran, nilai ekspor dari komoditas pertanian dalam lima tahun terakhir (2010-2014) mencapai US$ 34,3 miliar atau Rp 377,3 triliun dengan rincian tanaman pangan sebesar US$ 323,8 juta atau Rp3,6 triliun, hortikultura US$ 457,9 juta atau Rp 5,04 triliun, perkebunan US$ 32,6 miliar atau Rp358,7 triliun dan peternakan US$ 865,3 juta atau Rp 9,5 triliun.
Namun, meski begitu justru komoditas kopi dan kakao yang permintannya justru meningkat. Sebab harus diakui bahwa saat ini kelapa sawit yang selalu diandalkan justru permintannya merosot. Maka untuk menyikapi hal tersebut pemerintah terus mendorong penggunaan crude palm oil (CPO) di dalam negeri.
“Jadi nilai ekspor 11 komoditas pangan strategis sangat penting dalam menunjang devisa negara sekaligus memberikan kontribusi nyata dalam perekonomian nasional, ini yang harus kita jaga,” pungkas Amran. YIN