2023, 29 Oktober
Share berita:

Surabaya, Mediaperkebunan.id

Teknologi pemrosesan  TBS menjadi minyak di Indonesia sudah berusia 100 tahun,  dan relatif tidak banyak berubah. Karena itu Kementerian Perindustrian minta supaya riset menghasilkan teknologi pemrosesan  baru yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika menyatakan hal ini pada Pekan Riset Sawit 2023 yang diselenggarakan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Teknologi yang akan dikembangkan Kemenperin adalah Teknologi Pabrik Minyak Sawit Tanpa Uap (PMTU/SPOT Steamless Palm Oil Technology). Teknologi PKS penghasil CPO saat ini memerlukan uap panas, menyebabkan kandungan chlorine (tidak sehat); kurang ramah lingkungan; emisi karbon tinggi dan menghasilkan limbah cair.

Teknologi pemrosesan baru yang tersedia saat ini adalah penghasil IVO/ILO dan SPOT.  Minyak IVO/ILO tidak untuk pangan tetapi untuk produksi green fuel. Keekonomian produknya meningkat untuk subtitusi langsung BBM diesel tanpa modifikasi mesin.

Teknologi SPOT/PMTU menghasilkan Palm Mesocarp Oil (PMO) dengan keunggulan bahan pangan masyarakat dan media penghantar nutrisi vitamin A , E dan lain-lain; emisi karbon lebih rendah 75% dari PKS konvensional (dari 1.268 ton CO2 eq menjadi 297 ton CO2 eq); stabilitas oksidasi SPO tinggi; kapasitas produksi modular skala kecil (5-10 ton/jam); dapat dibangun disetiap lokasi yang tidak ada sumber air baku; tidak memerlukan ekstensifikasi lahan untuk bahan baku.

Pembangunan PMTU rencana ada 17 unit yaitu masing-masing di Riau 5, Sumut 2, Sumbar 3, Jambi 3, Kalteng 1, Kalbar 2 dan Sulbar 2. Pabrik bermitra dengan petani untuk mendapatkan TBS.  Selanjutnya pabrik ini perlu dibangun di provinsi yang minus minyak goreng seperti Kaltara, Bengkulu dan Sultra.

Pabrik SPOT ini dilengkapi dengan IRU (impurities Removal Unit) untuk menghasilkan minyak pangan kaya antioksidan , vitamin A , vitamin E; pabrik bensin sawit (RON 108 dan green biodiesel) dan bahan baku biodegreable plastik. Ada potensi pembangunan pabrik pangan fungsional untuk atasi stunting , malnustrisi dan wasting.

Pelaksana proyek adalah untuk investor PT Agro Investama; Pelaksana EPC PT Nusantara Green Energy. Pendukunganya adalah Kemenperin,:CaRE ITB untuk pengembangan biofuel; Instiper dari sisi perkebunan; F-MIPA UI untuk pengembangan produk yang dapat diterima pasar. Rencananya pabrik SPOT pertama akan diremikan di Jambi minggu ke 4 November.

Baca Juga:  Harga TBS Riau Mulai Naik

Dukungan pemerintah dalam bentuk regulasi pendistribusian dan penjualan retail bensin sawit dan minyak makan merah; peningkatan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) mesin peralatan pabrik SPOT.