2nd T-POMI
2022, 28 September
Share berita:

Jakarta, mediaperkebunan.id – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa hingga bulan Agustus lalu, ekspor pertanian tahun 2022 sudah capai USD 3,05 miliar. Dari nilai tersebut, subsektor perkebunan masih menjadi penyumbang terbesar, diantaranya kelapa sawit dan kopi yang masih menjadi komoditas unggulan ekspor pertanian.

“Sejauh ini kinerja ekspor unggulan masih didominasi minyak kelapa sawit, besi dan baja maupun baru bara,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto di Jakarta.

Setianto pun mengungkapkan, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, ekspor pertanian Januari – Agustus tahun ini naik 17,14 persen. Secara kontribusi, sektor pertanian berada pada posisi ketiga, setelah sektor industri dan tambang.

“Share terbesarnya berada pada sektor industri dengan share 71,55 persen, tambang 21,30 persen, migas 5,58 persen dan pertanian 1,57 persen,” kata Setianto.

Setianto menambahkan, total ekspor kumulatif pada periode Januari sampai dengan Agustus ini mencapai USD 194,6 miliar atau meningkat sebesar 35,42 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangkan untuk ekspor non migasnya meningkat 35,24 persen menjadi 183,73 miliar dollar AS.

Khusus bulan Agustus, sektor pertanian juga disebut mengalami peningkatan. Ekspor pertanian membukukan transaksi senilai 450 juta dollar AS. Apabila dihitung secara bulanan (M-to-M) Agustus 2022 terhadap Juli 2022, ekspor pertanian meningkat 16,99 persen. Sementara secara tahunan atau (Y-on-Y) juga mengalami kenaikan 31,17 persen.

“Kenaikan tersebut utamanya didorong oleh komoditas kopi, buah-buahan tahunan, sarang burung walet, rumput laut, sayur-sayuran dan lainnya,” jelas Setianto.

Peningkatan ekspor pertanian tersebut linier dengan peningkatan ekspor Indonesia secara keseluruhan. Tercatat total ekspor di bulan Agustus mencapai USD 27,91 miliar atau naik sebesar 9,17 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Baca Juga:  Harga Kakao Agustus 2016

Lebih lanjut, guna meningkatkan daya saing dan ekspor komoditas perkebunan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) akan melakukan transformasi perkebunan tradisional ke modern melalui perkebunan presisi, mekanisasi dan digitalisasi serta kredit usaha rakyat (KUR).

Salah satu programnya adalah dengan mendorong pemanfaatan alat mesin pertanian (alsintan) untuk petani perkebunan (pekebun). “Ini menjadi fokus kegiatan utama kami pada 2020-2024. Salah satu pointnya adalah transformasi perkebunan tradisional ke modern,” kata Dirjen Perkebunan, Kementan, Andi Nur Alamsyah.

Namun dengan kian terbatasnya anggaran pemerintah dari Tahun 2015 yang mencapai Rp 3,5 triliun kini hanya sekitar Rp 300-400 miliar. Sehingga dalam hal ini Ditjen Perkebunan mengajak petani untuk memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) alsintan.

Bahkan kini pemerintah sedang menggodok relaksasi KUR. Jika sebelumnya bunga KUR sebesar 6 persen, maka diusulkan turun menjadi 1 atau 3 persen. Begitu juga uang muka pinjaman, diharapkan akan turun dari 30 menjadi 20 persen.

Plafon menurut Andi Nur Alam, juga tengah diusulkan bisa naik menjadi Rp 2 miliar. Dengan nilai kredit yang lebih besar, petani atau pekebun bisa mengadakan unit alsintan besar, seperti ekskavator. “Kita terus dorong, semoga minggu ini sudah ada keputusan. Apalagi sudah dibahas dalam rapat terbatas di Sekretariat Kabinet,” pungkas Andi Nur Alam.