2016, 25 Januari
Share berita:

Produksi dari program Gerakan Nasional (Gernas) kakao belum menunjukkan peningkatan yang significant karena areal kebun kakao yang tersentuh gernas baru mencapai sekitar 27,9% terhadap areal kakao rakyat atau 26,6% terhadap areal kakao nasional.

Amran Sulaiman Menteri Pertanian mengakui bahwa produktivitas kebun non gernas cenderung menurun karena sebagian tanaman tua dan rusak, terserang hama penyakit dan kurang dipelihara. Melihat hal tersebut maka perlu dilakukan bantuan untuk petani kakao atau melanjutkan program Gernas Kakao melalui program Kakao Berkelanjutan.

Program tersebut dilakukan hanya satu tahun selanjutnya pemeliharaan oleh petani. Bagi tanaman yang tidak dipelihara produktivitas menurun kembali. Tanaman kakao merupakan tanaman yang perlu pemeliharaan insentif dan berkelanjutan. Saat ini 50% tanaman gernas kakao belum menghasilkan.

Tahun 2016 anggaran pengembangan kakaoberkelanjutan mencapai Rp1,27 triliun dengan luas lahan 183.910 ha terdiri dari intensifikasi 127.235 ha, rehabilitasi 45.200 ha, peremajaan/perluasan 11.470 ha. Alokasi terbesar di Sulawesi anggaran Rp1,13 triliun dengan luas lahan 165.035 ha terdiri dari intensifikasi 112.635 ha, rehabilitasi 43.400 ha dan peremajaan/perluasan 9.000 ha.

“Saya sampai rapat tiga kali dengan DPR karena pada awalnya mereka menolak dengan alasan gernas kakao tidak berdampak significant pada peningkatan produksi,” katanya.

Kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas kakao Indonesia harus dilaksanakan dengan memprioritaskan kegiatan perbaikan tanaman secara berkelanjutan (multi years) melalui intensifikasi bantuan diberikan selama 2 tahun; rehabilitasi bantuan diberikan selama 3 tahun; peremajaan bantuan diberikan selama 4 tahun. Dilaksanakan juga intercropping tanaman kakao dengan kelapa bantuan diberikan selama 4 tahun. S

Baca juga : Tiada Daya Saing Tanpa Inovasi

Baca Juga:  PERMASALAHAN PENGEMBANGAN KENAF