Melestarikan alam tidak hanya menjaga areal hutan tapi juga menjaga isinya termasuk orangutan yang ada di dalamnya.
Komitmen perusahaan kelapa sawit untuk menjaga kelestarian alam sebagai salah satu dari prinsip dan kriteria dari sustainable (keberlanjutan) tidaklah main-main, termasuk menjaga satwa langka asli Indonesia yaitu orangutan.
Hal ini karena jumlah populasinya terus menurun yang disebabkan oleh para pemburu liar dan penebagan hutan (illegal loging).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Media Perkebunan tahun 2016, diperkirakan terdapat 71.820 individu orangutan di Pulau Sumatera dan Borneo (Kalimantan, Sabah dan Serawak), pada habitat seluas 17.460.000 hektar. Populasi tersebut tersebar ke dalam 52 meta populasi (kelompok terpisah atau kantong populasi), dan 38% diantaranya diprediksi akan lestari (viable) dalam 100 – 150 tahun ke depan.
“Jadi kita komitmen dan tidak main-main untuk menjaga kelestarian alam termasuk orangutan yang ada di dalamnya,” tegas Head Sustaibility PT Sawit Sumbermas Sarana, Tbk (SSMS), Desi Kusumadewi kepada perkebunannews di kantornya.
Lebih lanjut, menurut Desi, menjaga orangutan bukan sekedar komitmen SSMS melainkan juga sebagai pembuktian kepada dunia bahwa perusahaan kelapa sawit saat ini sangat konsen dengan yang namanya sustainable. Diantaranya seperti yang saat ini land scape atau areal konservasi seluas 2000 hektar yang dibangun oleh SSMS di daerah Desa Pilang, Kecamatan Jabiren, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah
“Didalamnya tidak hanya terdapat biota alam, tapi juga orangutan yang diasuh (rawat) untuk selanjutnya dlepas ke alam liar kembali setelah benar-benar sehat dan bisa bertahan hidup,” papar Desi.
Tapi, Desi mengakui, untuk membangun sebuah landscepe tersebut tidaklah semudah membalikan te;apak tangn. Ini karena pihaknya harus berkoordinasi dengan perusahaan-perusahaan dan petani mandiri yang ada disekitar areal tersebut serta membayar uang ganti rugi terhadap masyarakat yang arealnya berada masuk dalam kawasan landscpe tersebut. Kemudian yang tidak kalah penting yaitu berkoordinasi dengan pemerintah daerah (Pemda) tersebut.
“Jadi untuk membangun landscape ini kita harus menggandeng semua pihak yang berada di seketar arel dan berkoordinasi dengan Pemda setempat,” tutur Desi.
Disisi lain, Desi mengatakan dibangunnya landscape bukan sekedar untuk melestarikan orangutan yang ada di wilayahnya, tapi juga memang dilihat areal untuk orangutan semakin berkurang sehingga diperlukan penambahan lahan khusus untuk penangkaran.
Berdasarkan catatannya, saat ini dipulau konservasi miliknya sudah ada 27 individu yang dirawat. Artinya jika areal landscape yang mencapai 2000 hektar selesai dalam pengurusan izin-izinnya maka areal tersebut bisa menampung 600 individu. Sebab idealnya 100 hektar areal hutan bisa menampung 30 individu.
“Bahkan rencananya untuk orangutan yang sudah tua ataupun yang cacat akibat ulah oknum akan tinggal menetap di areal landscape tersebut,” janji Desi. YIN