Bangka Belitung bukan hanya dikenal sebagai keindahan pantainya, tapi juga kaya akan komoditas lada meskipun saat ini penambang timah di pulau tersebut kian melebar.
Toni HA. Batubara, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan prov. Kep. Bangka Belitung mengakui bahwa memang permintaan akan lada semakin tinggi, terlebih pada lada putih didaerahnya. Tidak hanya itu, selain penghasil lada putih Bangka Belitung pun juga dikenal sebagai penghasil karet dan sawit.
Terbukti, pendapatan Bangka Belitung dari hasil perkebunan ditahun 2013 mencapai US$ 29.467 miliyar atau setara dengan Rp 353.173 triliun. Artinya Bangka Belitung masih mengandalkan perkebunan sebagai pendapatan utama. “Permasalahnnya yaitu persaingan lahan dengan alih fungsi lahan. Tapi kita tegaskan untuk tidak menambang didaerah perkebunan,” jelas Toni.
Adapun total luas perkebunan lada di Bangka Belitung di tahun 2014 mencapai 44.992 hektar, dengan produktivitas 1,53 ton/hektar. Dari total luasan tersebut untuk tanaman belum menghasilkan mencapai 18.066 hektar, tanaman menghasilkan seluas 22.054 hektar dan tanaman rusak seluas 4.872 hektar.
Sedangkan produksi lada setiap tahun terus meningkat. Berdasarkan catatan Dinas Perkebunan Provinsi Bangka Belitung, total tahun 2010 mencapai 18.472 ton, tahun 2011 mencapai 28.241 ton, tahun 2012 mencapai 32.017 ton, tahun 2013 mencapai 33.596 ton, dan tahun 2014 mencapai 33.828 ton.
Artinya dengan terus meningkatnya produksi lada, banyak petani yang lebih senang menanam lada karena harganya masih lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya. Terbukti, berdasarkan penelusuran Perkebunannews.com ke pengepul kecil untuk lada putih yang sudah bersih harga mencapai Rp 165 ribu/kg. Sedangkan untuk lada putih kualitas bawah atau masih sedikit kotor mencapai Rp 150 ribu/kg. “Harga tersebut terus meningkat seiring meningkatnya permintaan,” tutur Toni.
Lebih dari itu, Toni menghimbau, mengingat kualitas dari lada putih Bangka Belitung bernilai tinggi dan banyak permintaan, maka produksi lada putih terus ditingkatkan. Satu diantaranya yaitu dengan membuat kebun induskan untuk menghasilkan bibit-bibit berkualitas.
Tidak hanya itu, selain menyediakan bibit seluas-luasnya untuk kepentingan petani juga memberikan pelatihan dan membantu pembentukan kelembagaan. “Kita berharap dengan bibit berkualitas akan meningkatkan kualitas dan produktivitas,” harap Toni.
Meningkatkan Kesejahteraan Petani
Sementara itu, Gunawan, Sekjen Asosiasi Petani Lada Indonesia menambahkan bahwa perhatian kepada petani lada harus lebih ditingkatkan. Hal ini sebagian petani lada masih menggantungkan hidupnya pada tanaman lada.
“Namun harus diakui bahwa dengan meningkatnya harga lada maka sebagian petani lada ikut merasakan,” papar Gunawan.
Sebab, berdasarkan data Badan Pengelolaan, Pengembangan Dan Pemasaran Lada (BP3L) memang ekspor untuk lada putih di Bangka Belitung setiap tahun meningkat. Seperti tahun 2010 total ekspor 6.166 ton dengan nilai 33.394 US$, tahun 2011 total ekspor 12.097 ton dengan nilai 17..937 US$, tahun 2012 total ekspor 15.581 ton dengan nilai 68.272 US$, total ekspor 17.585 ton dengan nilai 80.847 US$
Melihat hal tersebut maka sudah sewajarnya jika perhatian pemerintah terhadap komoditas lada terus ditingkatkan. “Diantaranya dengan meningkatkan produktivitas, sebab dengan meningkatnya produktivitas maka kesejahteraan petani otomatis juga akan meningkat. Hal ini menginat pasar untuk lada masih sangat terbuka,” pungkas Gunawan. Ibnu