2024, 6 Juni
Share berita:

Jakarta, mediaperkebunan.id – Ternyata generasi milenial memiliki daya ledak untuk menciptakan pengembangan kawasan, misalnya Yogi Dwi Sungkowo. Setidak ini yang terjadi di Kabupaten Purbalingga yang bukan sentra lada saat ini berkembang menjadi pengekspor lada.

Yogi Dwi Sungkowo, merupakan petani milenial yang mengembangan eksistem lada di wilayah berawal dari usaha perbenihan. Tahun 2010 ketua kelompok Tani Margo Utomo yang berdomisili di Desa Kedrapan, Kec Kejobong, Kabupaten purbalingga Jateng, mengembangkan pembibitan dan kebun sumber benih.

“Pada awalnya saya menangkarkan dan jual benih tidak bersertifikat. Namun berkat adanya pembinaan dari pemerintah saya memutuskan menjadi produsen benih resmi. Lalu pada tahun 2016 kebun yang saya bangun seluas 0,775 hektar, kurang lebih sekitar 1900 tanaman di 4 lokasi ditetapkan sebagai kebun sumber benih dengan Varietas Natar 1”, jelasnya.

Sejak saat itu Kelompok Tani Margo Utomo menjadi menjadi salah satu produsen resmi benih lada di Jawa Tengah. Bibit lada dari penangkarannya pun merambah hingga ke Provinsi Aceh, Bengkulu, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur untuk mendukung pengembangan pemerintah. Sekaligus mengukuhkannya sebagai produsen lada terbesar di Pulau Jawa dengan potensi produksi benih ada 200 ribu/tahun. Lalu tahun 2018 ia membina kelompok tani Margo Lestari yang juga di Desa Kedrapan yang mendapatkan bantuan Desa Mandiri Benih Lada dari Kementerian Pertanian yang meningkatkan kapasitas produksi lada dari Kabupaten Purbalingga.

Selain memasarkan ke luar provinsi, lada yang berasal dari penangkarannya juga digunakan untuk mengembangkan perkebunan lada di Kabupaten Purbalingga baik secara swadaya atau melalui dukungan dari Kementerian Pertanian. Petani pengguna benih asal penangkarannya sekaligus ia bina agar dapat menghasilkan produk turunan bernilai tambah. Alhasil saat ini terdapat luas lahan petani binaan seluas 200 ha dari eksisting 350 hektar.

Baca Juga:  Harga Sawit Jambi Rp 2.059 Per Kg

“Pada tahun 2022 kami mendapatkan pesanan lada putih ke Jepang melalui kerjasama dengan Perusahaan asal Jepang sebanyak 3 kali masing-masing, 25 ton, 25 ton dan 40 ton. Pembelian hasil dilakukan lewat KUB Mitra Tani Sejahtera yang berdomisili di Semarang binaan perusahaan Jepang. Selain memproduksi produk mentah, petani binaan Yogi juga mampu menghasilkan produk turunan seperti lada bubuk dalam kemasan yang dijual di pasar lokal ”, ungkapnya.

Terkait pengembanga lada Yogi berharap agar pemerintah tetap mengalokasi pengembangan lada selain untuk meningkatan pasokan bahan baku lada yang nantinya dapat diolah menjadi produk bernilai tambah, juga dapat menghidupkan usaha pembibitan. Pasalnya pasar utama dari produsen lada adalah pengadaan pemerintah baik melalui skema pembiayaan APBN ataupun APBD. Sehingga kebelangsungan dari usaha perbenihan tetep bisa kontinue, karena kalau pemerintah berhenti belanja maka usaha perbeinhan lada akan mati perlahan. Ketika produsen benih sudah gulung tikar susah untuk kembali bangkit.

Jadi melalui usaha perbenihan Yogi tidak saja berkontribusi pada penumbuhan usaha penyediaan benih di Kabupaten Purbalingga namun juga menjadikan desanya menjadi salah satu cluster pengembangan lada. Dimana di kawasan terdapat usaha perbenihan, perkebunan lada dan juga pengolahan yang berkontribusi pada penumbuhan ekonomi wilayah pedesaan.