Bangka Belitung bukan hanya dikenal sebagai keindahan pantainya, tapi juga kaya akan komoditas lada meskipun saat ini penambang timah di pulau tersebut kian melebar.
International Pepper Community (IPC) dan Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO) mencatat bahwa lada memiliki tempat yang penting dalam perdagangan rempah-rempah dunia. Hal ini karena komoditas lada diperdagangkan secara international dan membuka rute-rute perdagangan antara dunia barat dan dunia timur.
Namun, harus diakui bahwa meski Indonesia sebagai penghasil lada nomor dua di dunia setelah Vietnam tapi kualitas dari lada Indonesia terbaik di dunia. Hal ini karena lada asal Indonesia lebih pedas dan beraroma, maka tidaklah heran jika lada asal Indonesia banyak diminta negara asing.
Bahkan permintaan akan lada asal Indonesia untuk dikonsumsi dalam negeri sendiri terus meningkat. Hal ini terlihat dari banyaknya menu-menu masakan ataupun minuman menggunakan lada, kepiting saus lada, daging saus lada, hingga kopi rasa lada dan lainnya.
Melihat hal tersebut maka tidaklah heran bahwa luas areal tanaman lada setiap tahun meningkat meski tipis. Bahkan dengan meningkatnya permintaan maka meningkat pula produksi. Sebab semakin tinggi permintaan maka semakin tinggi pula harganya. Alhasil banyak petani yang melebarkan lahannya untuk tanaman lada.
Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian bahwa luas areal tanaman lada tahun 2010 sebesar 179.318 hektar, tahun 2011 sebesar 177.490 hektar, tahun 2012 seluas 177.783 hektar, tahun 2013 seluas 178.247 hektar dan tahun 2014 seluas 172.615 hektar.
Adapun untuk statistik produksi lada yaitu di tahun 2010 sebesar 83.664 ton, tahun 2011 sebesar 87.089 ton, tahun 2012 sebesar 87.839 ton, tahun 2013 sebesar 88.673 ton, dan tahun 2014 sebesar 91.941 ton.
“Melihat hal tersebut maka sebenarnya lada Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan,” terang Dwi Praptomo Sudjatmiko, Direktur Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian.
Melihat tingginya permintaan, Dwi menjelaskan, pihaknya akan mensinergikan seluruh potensi sumberdaya tanaman rempah dalam rangka peningkatan produktivitas dan mutu produk diantaranya tanaman lada.
Adapun peningkatan produktiivtas melalui intensifikasi berada di wilayah Bangka Belitung seluas 2.030 ha, Bengkulu seluas 800 ha, Sumatera Selatan seluas 1.500 ha, Lampung seluas 2.300 ha, Kalimantan Barat seluas 1.500 ha, Kalimantan Timur seluas 800 ha.
“Maka peningkatan produktivitas juga dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan melalui pengembangan komoditi, peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM), pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha, peningkatan investasi usaha dan pengembangan sistem informasi,” pungkas Dwi.
YIN