2nd T-POMI
2023, 12 Juli
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Industri yang berbahan baku karet di Indonesia cukup berkembang dengan produk yang beragam. Untuk menjaga terpenuhinya kebutuhan bahan baku, Kemenperin berharap konversi kebun karet ke komoditas lain berkurang. Merrijantij Punguan Pintaria, Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Ditjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, menyatakan hal ini kepada Media Perkebunan.

Kemenperin sendiri sebenarnya sudah melakukan berbagai intervensi pada industri hulu karet tetapi masih kecil sehingga hasilnya belum optimal. Intervensi yang dillakukan diharapkan akan berdampak besar pada petani.  Memang hasilnya tidak akan langsung kelihatan tetapi tetap akan berusaha melakukan yang terbaik.

“Upaya yang telah, sedang dan akan kita lakukan tujuan utamanya bukan mengembalikan karet ke masa jayanya seperti masa lalu. Paling tidak petani bisa sejahtera dari karetnya sehingga konversi ke tanaman lain bisa dikurangi atau berhenti. Tidak hanya Kemenperin saja yang bergerak, dibawah dirijen Kementeriaan Koordinator Perekonomian kita berharap semua instansi lain juga bergerak sehingga tujuan ini tercapai,” kata perempuan yang akrab di panggil Merri ini.

Beberapa kebijakan Kemperin adalah fasilitasi konversi energi di industri crumb rumbber. Tujuannya supaya industri semakin efisien. Tahun 2016 melalui Keppres juga sudah dibuat  moratorium industri crumb rubber supaya  idle capacitynya berkurang.

Dua kebijakan ini bertujuan supaya industri crumb rubber semakin efisien. Kalau industri sudah efisien diharapkan mereka mau membeli bokar petani dengan harga lebih tinggi. Tetapi di lapangan karena pabrik membeli lewat pedagang perantara, hanya ada beberapa pabrik saja yang membeli langsung dari koperasi petani, dan persaingan antar pabrik yang sangat tajam untuk membeli bahan baku membuat di lapangan kurang berjalan sesuai yang diharapkan.

Baca Juga:  Harga Karet Lump Oktober Melorot

Upaya lainnya adalah bantuan paket peralatan untuk mengubah karet padat menjadi serbuk dan bisa digunakan untuk aspal karet. Dengan cara ini maka dari crumb rubber atau kompon karet bisa dibuat jadi serbuk untuk aspal karet. Bantuan lainnya adalah petani mengolah bokar menjadi sheet angin, tetapi belum berhasil.

Karet 90% dihasilkan oleh petani, sehingga untuk menjaga kecukupan pasokan penting sekali menjaga luasan karet petani. Jangan sampai karena luas karet berkurang , industri akhirnya mengandalkan bahan baku karet impor. Pengalaman Covid-19 kemarin menunjukkan banyak pabrik tidak beroperasi bukan karena pembatasan (Kemenperin berhasil membuat kebijakan supaya pabrik boleh beroperasi) tetapi karena tidak ada bahan baku karena kapal-kapal tidak bergerak akibat lock down di mana-mana. Struktur industri harus kuat dengan penggunaan bahan baku sebanyak-banyaknya dari dalam negeri.

Industri karet juga termasuk prioritas dalam rencana induk pengembangan industri nasional. Keppres nomor 74 tahun 2022 tentang Kebijakan Industri Nasional juga memasukkan upaya peningkatan penggunaan karet. Ditjen Industri Agro di Kemenperin hanya bergerak sampai industri hulu saja sedang industri hilirnya seperti ban, kasur , bantalan jembatan dan lain-lain dibawah pembinaan Ditjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil. Koordinasi antara Ditjen Industri Agro dan Ditjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil juga akan semakin ditingkatkan.

Ditjen Industri Agro tahun lalu sudah melakukan sarasehan karet. Sebagai tindak lanjutnya adalah upaya mempertemukam suply dan demand. Dari sisi demand yang diharapkan adalah kontinuitas suply. Sekarang industri hilir untuk mendapat kepastian suply banyak mengimpor dari Vietnam. Sedang dari sisi suply minta kepastian harga. Dengan pertemuan ini diharapkan industri mendapat pasokan bahan baku dari dalam negeri.

“Kita mau industri dalam negeri yang strukturnya kuat. Indonesia dengan 260-270 juta jiwa merupakan pasar yang besar. Kalau industri  industri hilir kita berkembang sedang hulunya tidak maka aka ada masalah  yaitu kekurangan bahan baku. Jadi karet ini yang utama adalah perkuat industri hulu,” katanya.

Baca Juga:  Dibentuknya Holding Perkebunan Tak Efektif