2023, 21 Mei
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Perusahaan-perusahaan anggota asosiasi perusahaan/pengusaha yang tergabung dalam Dewan Atsiri Indonesia sebagian besar merupakan perusahaan prosesing akhir dan eksportir. Rata-rata tidak punya kebun dan sangat tergantung bahan baku dari petani.

“Pada satu sisi sangat bagus karena menjadi penampung produk petani. Tidak semua bidang diusahakan sendiri tetapi ada pembagian peran. Sisi lain kalau harga anjlok maka petani tidak meneruskan menanam tanaman penghasil atsiri sehingga sering kesulitan bahan baku,” kata Irdika Mansur, Ketua Umum Dewan Atsiri Indonesia.

Sebagai jalan keluarnya Dewan Atsiri Indonesia menjalin kerjasama dengan program Perhutanan Sosial dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terutama di lahan-lahan Perhutanan Sosial milik Perum Perhutani di Jawa. Contohnya di Kediri dari 1 ha ada 1000 pohon kehutanan dan dibawahnya ada 50.000  nanas milik masyarakat dengan hasil sekali panen Rp64 juta. Pola ini bisa digunakan untuk menanam tanaman penghasil minyak atsiri.

Dewan Atsiri Indonesia juga sudah menjalin kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Bagi perusahaan penghasil minyak atsiri yang kesulitan dalam membina petani bisa bekerjasama dengan perusahaan Hutan Tanaman Industri anggota APHI untuk menanam tanaman penghasil minyak atsiri di areal HTI.

Bagi perusahaan yang membina petani, Dewan Atsiri juga sudah bekerjasama dengan perguruan tinggi sebagai pendamping agronomi. Mereka akan membantu petani sehingga produktivitasnya naik.

Dewan Atsiri juga sudah menjalin kerjasama dengan Politeknik Astra untuk membuat mesin panen serai wangi. Sekarang panen serai wangi jadi masalah karena tenaga kerja kurang, masyarakat desa sudah tidak berminat lagi, kalau ada juga upahnya naik. “Disain dan gambar sudah ada, tinggal membuat prototypenya saja. Kita akan cari dana untuk itu,” katanya.

Baca Juga:  PROSPEK  BAGUS, DITJENBUN KEMBANGKANGKAN SERAI WANGI

Untuk perusahaan penghasil minyak serai wangi Dewan Atsiri bekerjasama dengan pihak lain melakukan pelatihan sirkular ekonomi. Rendemen serai wangi 0,7% jadi dari 1 ton daun dihasilkan 7 kg minyak, sisanya limbah. Dengan harga Rp200.000/kg maka pendapatanya Rp1,4 juta.

Limbah daun ini dimanfaatkan sebagai media tanam jamur merang. Dengan produksi 500 kg dan harga perkg Rp2000 maka pendapatanya Rp10 juta. Sisa media tanam jamur jadi pupuk kompos sehingga ada pendapatan lagi.

Secara terpisah, konsep pengembangan perkebunan  seraiwangi  Ditjenbun adalah  dari budidaya  dipanen daun yang kemudian disuling menjadi minyak atsiri /citronella oil. Daun sisa penyulingan dijadikan pakan ternak sehingga budidaya serai wangi dipadukan dengan ternak sapi/kambing/domba. Dari ternak petani bisa mendapatkan penghasilkan dari penjualan daging/susu/bibit ternak. Kotoran ternak dijadikan pupuk organik untuk budidaya serai wangi, juga untuk biogas dengan dibangunkan instalasi biogas.

Era baru perkebunan bio iindustri berbasis serai wangi adalah dari daun dihasilkan citronella oil yang digunakan untuk bioaditive bahan bakar sehingga mampu mengurangi penggunana bensin 10-30%, solar 10-40% dan mengurangi emisi gas buang; bahan baku parfum dan kesehatan untuk fragrance dan aromatherapy; bahan pembuat pembersih tubuh yaitu sabun, pasta gigi, shampo; pada makanan minuman sebagai sumber berbagai rasa berbasis nabati.

Sedang limbah padatnya digunakan sebagai pakan sapi berkelanjutan, minimal 3 ekor sapi/kambing/domba  setiap hektare  serai wangi dengan produksi daging/susu. Dapat digunakan juga sebagai media tanam jamur dan pupuk.

Limbah cair berupa hidrosol  dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan jamur, bakteri, serangga dan nematoda, Selain itu dapat digunakan sebagai karbol sereh.

Rancangan operasional pengembangan komoditas serai wangi adalah menjadikan suatu kawasan memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksinya tidak menghasilkan limbah sehingga petani memiliki berbagai sumber pendapatan. Dimulai dengan penguatan kelembagaan yaitu kelompok tani/gapoktan dengan dukungan KUR, asuransi pertanian dan penjaminan.

Baca Juga:  INDUSTRI HIJAU PENGELOLAAN KELAPA LESTARI DI GOROTALO SUDAH READY TO OFFER

Pengembangan budidaya berupa kebun serai wangi dan ternak sapi, kambing, domba. Teknologi budidaya kebun dan pemeliharaan ternak menggunakan teknologi spesifik lokasi. Dibangun juga penyulingan dan pengolahan pupuk organik sehingga menjadi pertanian tanpa limbah.

Pasar baik untuk lokal, nasional dan ekspor. Dibuat merek dagang yang disesuaikan dengan segmen pasar. Menetapkan standar kualitas hasil produksi. Memperluas akses pasar domestik dan ekspor. Dipasarkan baik on line maupun off line lewat e-commerce, B2B market, B2C market.