Jakarta, Mediaperkebunan.id
Indra Darmawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/BKPM, mengungkapkan komitmen Kementerian Investasi untuk mendukung rangkaian pengembangan portofolio investasi berkelanjutan untuk daerah-daerah yang mempromosikan komoditas berbasis bioekonomi, di mana agenda investasi di sektor tersebut diperkirakan akan menyerap sekitar 45,4 miliar USD.
“Saat ini, sejumlah portofolio investasi lestari prioritas sedang diakselerasi. Salah satunya, adalah Proyek Prioritas Industri Hijau Pengelolaan Kelapa Terintegrasi di Kabupaten Gorontalo yang sudah dalam status ready to offer dengan nilai investasi sebesar Rp 643 miliar,” ujar Darmawan.
Pemerintah saat ini sudah mendetailkan rencana pengembangan berbasis bioekonomi, yang mencakup industri baru yang bersumber pada inovasi berbasis alam untuk produk-produk biosimilar dan vaksin, protein nabati, pangan biokimia, herbal dan nutrisi.
Selain itu, Indonesia tengah mendorong Penguatan Kerangka Regulasi atas Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik berorientasi Bioprospeksi dan Bioekonomi. Penguatan hilirisasi dan pengembangan produk berbasis alam yang melibatkan pelaku usaha, penguatan riset dan inovasi nasional, penguatan kapasitas masyarakat dalam mengelola sumber daya genetik dan penegakan hukum terhadap upaya biopiracy, dan sinergi lintas sektor dari para pemangku kepentingan. Dari sisi investasi, Kementerian Investasi/BKPM telah meluncurkan Panduan Investasi Lestari pada G20 lalu sebagai titik 1 awal negara mendorong tumbuhnya bisnis lestari termasuk untuk UMKM, usaha besar, investasi dan pemerintah.
Java Kirana, pelaku usaha komoditas kopi dalam jejaring KEM (Koalisi Ekonomi Membumi, Lingkar Temu Kabupaten Lestari) yang menitikberatkan kesejahteraan petani dan lingkungan, telah berkomitmen untuk berinvestasi dalam membangun sarana pemrosesan pasca panen dan pendampingan di kabupaten Sigi.
“Awalnya, kami hanya mendampingi petani di area perkebunan kopi di kawasan Kabupaten Bogor, agar mereka lebih sejahtera. Sekarang dengan bekerja sama dengan KEM, kami dapat membantu lebih banyak petani di daerah-daerah yang memiliki potensi,” ujar Noverian Aditya, co-founder Java Kirana.
LTKL yang mandatnya akan berakhir pada tahun 2030, menurut Ristika Putri Istanti, Kepala Sekretariat LTKL, telah menjalankan sejumlah inisiatif untuk mendorong inovasi berbasis alam dan membuka potensi agar pelaku usaha hijau di tingkat lokal dapat melakukan penetrasi ke pasar global. Pada tahun 2023 telah melakukan berbagai program, seperti menginisiasikan Masterclass Investasi Lestari, sebuah program pelatihan bertahap berbasis ko-kreasi untuk mendukung pemerintah kabupaten dan pemangku kepentingan di 9 kabupaten anggota dalam mempersiapkan portofolio investasi dan mendapatkan peluang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan.
Diantaranya , Gampiri Interaksi Lestari di Kabupaten Sigi menjalankan inkubasi pelaku usaha melalui pendampingan dengan petani setempat dalam proses penanaman komoditas berbasis agroforestri dan pertanian regeneratif melalui produksi komoditas kakao, kopi, vanila, dan daun kelor di tingkat desa dan pembangunan fasilitas processing untuk proses fermentasi, pengeringan, ekstraksi minyak atsiri, dan penepungan.
Di barat daya Nusantara, Pusat Unggulan Pertanian Lestari (PUPL) di Kabupaten Aceh Tamiang melaksanakan pendampingan kepada petani kelapa sawit dalam mengembangkan hilirisasi minyak atsiri dari nilam. Di saat yang sama, Pemerintah Kabupaten Aceh Taming turut meluncurkan program pengembangan ekonomi lestari dengan penandatanganan kesepakatan Produksi, Proteksi, dan Inklusi 3 (PPI) multipihak yang memuat komitmen untuk meningkatkan perlindungan dan penghijauan kembali kawasan hutan, fungsi pengawasan, kesejahteraan petani, dan perlindungan Kawasan Ekosistem Leuser seluas 30.000 hektar.