2nd T-POMI
2018, 10 Juli
Share berita:

Setelah melalui proses dan diskusi panjang yang sarat akan kepentingan, Indonesia akhirnya bisa berbangga ketika ISO, organisasi pengembang standar terbesar dunia, menetapkan dan mempublikasikan standar internasional ISO 14080 Greenhouse gas management and related activities.

“Kurang lebih 3,5 tahun Indonesia berjuang agar standar rumah kaca ini jadi standar internasional. Apalagi efek emisi gas rumah kaca sudah menjadi persoalan dunia internasional,” kata Kepala BSN Bambang Prasetya.

Bambang menambahkan, pengakuan ISO ini merupakan prestasi yang dicapai BSN dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Proposal pengembangan standar ISO 14080 dilatarbelakangi oleh target yang dicanangkan pemerintah Indonesia pada 2010, yaitu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen di 2020. Atau sampai 41 persen apabila mendapatkan dukungan internasional.

“Sejalan dengan disepakatinya Paris Agreement, target ini masuk dalam konteks nasional aksi perubahan iklim Indonesia yang tertuang dalam dokumen nasionally determined contribution (NDC),” ujar Bambang.

Standar ini, lanjut Bambang, dirancang sedemikian rupa sehingga mendukung secara langsung implementasi Paris Agreement untuk membatasi pemanasan global di bawah 2.0 derajat Celcius.Sedangkan manfaat yang didapat dari ISO 14080 ini adalah menyediakan framework umum bagi pemerintah pusat dan daerah untuk mengambil langkah tepat dalam melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Sementara itu, W, Leader / Convenor project menambahkan, Indonesia merupakan anggota aktif dalam organisasi tersebut yang diwakili oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). yang sesuai dengan UU No. 20/2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian BSN mendapat mandat dalam pengembangan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia.

Untuk mengawal kepentingan Indonesia dalam pengembangan standar ini, Indonesia berperan sebagai leader/convenor, project leader dan secretary dalam Working Group (WG) yang ditugaskan mengembangkan standar ISO 14080 yaitu WG 7: Framework Standard.

Baca Juga:  FPKM BISA LAKSANAKAN INTEGRASI SAWIT SAPI

“Proposal pengembangan standar internasional ISO yang diusulkan oleh Indonesia selesai dikembangkan dan telah dipublikasikan pada tanggal 25 Juni 2018. Hal ini merupakan prestasi yang dicapai melalui kerjasama yang solid antara BSN bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” kata Kristianto.

Lebih lanjut, menurut Kristianto proposal pengembangan standar ISO 14080 dilatarbelakangi oleh target yang dicanangkan Pemerintah Indonesia pada tahun 2010, yaitu menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% di tahun 2020, atau sampai dengan 41% apabila mendapat dukungan internasional.

“Sejalan dengan disepakatinya Paris Agreement, target ini masuk dalam Konteks Nasional Aksi Perubahan Iklim Indonesia yang tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC),” ujar Kristianto.

Artinya, Kristanto berharap dengan dipublikasikannya ISO 14080, banyak manfaat yang didapat, diantaranya standar ini menyediakan framework umum bagi pemerintah pusat dan daerah untuk mengambil langkah yang tepat dalam melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

“Standar ini juga membantu mengembangkan kebijakan dan tindakan yang konsisten, kompatibel dan dapat diperbandingkan dalam pengelolaan perubahan iklim,” harap Kristanto.

Lebih lanjut, menurut Kristanto, standar ini dapat digunakan untuk menilai keefektifan aksi perubahan iklim. Tidak hanya instansi pemerintah, swasta pun dapat menggunakan standar ini untuk mengidentifikasi perubahan iklim yang potensial dan dapat dijustifikasi.

“Standar ini juga dapat digunakan oleh institusi keuangan untuk menentukan investasinya. Dan secara lebih luas, standar ISO 14080 membantu organisasi dalam melakukan pengukuran dan pelaporan, serta mengurangi resiko dan meningkatkan peluang atas aksi perubahan iklim yang dilakukan bersama-sama dengan organisasi atau pemerintah lainnya,” pungkas Kristranto. YIN