2nd T-POMI
2024, 22 April
Share berita:

Firlana, S.P.,M.Si, Manager Agronomist STA Resources dan Dadang Gusyana, S.Si MP, Ketua Bidang Agronomi P3Pi.

Kejadian patah pelepah yang pernah terjadi pada 2015-2016 di beberapa wilayah Indonesia terutama di Kalimantan dan sekitarnya mengalami musim kemarau panjang dan efek setelahnya berdampak tinggi pada umur lebih dari 10 tahun. Seiring dengan masuknya musim penghujan fenomena tersebut berangsur hilang.

Sehingga dugaan penyebab utama patah pelepah adalah water deficit ? Pada saat itu tidak ada perlakuan khusus kecuali perbaikan konservasi tanah dan air serta tunas pelepah patah yang kering. Tetapi patah pelepah pada 2018 kembali terjadi Kalimantan, patah pelepah tersebut mulai terlihat awal Maret dan semakin banyak ditemukan pada pertengahan tahun. Pada Oktober 2018 (28%-36%) patah pelepah dibanding Agustus 2018 (33%-43%). Patah pelepah pada 2015 dan 2018 menunjukkan pola iklim yang sama.

Patah pelepah dibeberapa perusahaan Indonesia juga terjadi terutama di perusahaan lain di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Dan Sejauh pengamtan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut hanya tunas pelepah kering.

Apa itu sengkleh?

Banyak istilah, patah pelepah atau Frond Fracture atau Frond Snapping merujuk literasi yang ada merupakan fenomena patahnya pangkal pelepah kelapa sawit. Sejauh analisis pengamatan yang dilakukan dalam penelitian sebelumnya mengarah pada dua faktor yaitu cekaman kekeringan dan ketidakseimbangan hara.

Cekaman kekeringan yang berdampak pada patah pelepah selalu disebabkan oleh water defisit > 200 mm, jumlah hari tidak hujan/dry spell >20 hari, dan curah hujan < 60 mm/bulan. Hal ini didukung oleh beberapa literature yang menyebutkan patah pelepah sering terjadi pada musim kering yang ditandai dengan defisit air >200 mm/tahun, curah hujan <60 mm/bulan dan hari terpanjang tidak hujan/kd>20 hari.

Baca Juga:  Pestisida Sarana Penting Perlindungan Tanaman

Patah pelepah merupakan efek global kekekeringan yang melanda diseluruh Indonesia pada periode tertentu akibatnya biosintesis protein dan klorofil terganggu karena cekaman air yang mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman.

Areal pertanaman kelapa sawit yang sering mengalami cekaman kekeringan berkaitan dengan El Nino tersebut umumnya terdapat di selatan khatulistiwa Indonesia meliputi Lampung, Sumatra Selatan, Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Rata-rata penurunan produksi kelapa sawit pada areal tersebut dapat berkisar 15-30% dari normal, bahkan pada kondisi tertentu penurunan produksi dapat mencapai 60% dari normal.