2nd T-POMI
2024, 22 Februari
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Program prIoritas Direktorat Jenderal Perkebunan,  adalah sawit berkelanjutan. Bentuknya  sawit satu terkait tata kelola kelapa sawit rakyat dalam satu rangkaian yaitu PSR (Peremajaan Sawit Rakyat), ISPO, Sarana dan Prasarana dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Ardi Praptono, Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma ( Salma) menyatakan hal ini dalam Evaluasi Tahunan Kinerja Agribisnis dan Perkebunan (ETIKAP) 2024.

Dalam pelaksanaan ada aplikasi Babebun untuk mendapatkan benih kelapa sawit bersertifikat sebagai kunci suksesnya PSR, STDB (Surat Tanda Daftar Budidaya) dan peta spasial by name by adress yang merupakan kunci berbagai progam. Pelaksanaanya perlu kemitraan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Tujuan PSR yang utama adalah menjaga produktivitas dan produksi kelapa sawit. Luasan kelapa sawit rakyat yang sekarang sudah mencapai hampir 7 juta dan terus bertambah, sehingga sangat menentukan produksi sawit Indonesia. Kalau akselerasi PSR tidak dilakukan akan mempengaruhi produksi kelapa sawit nasional. Posisi Indonesia sebagai produsen nomor satu bisa turun. Pengalaman komoditas lain jangan terulang pada kelapa sawit.

Tahun 2024 PSR diintegrasikan dengan sarana dan prasarana. Jadi ketika tanaman hasil PSR sudah masuk fase Tanaman Menghasilkan, untuk menjaga produktivitasnya maka mendapat sarana dan prasarana.

ISPO juga sangat penting dan merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah petani sawit rakyat. ISPO sedang akselerasi supaya jangan hanya perusahaan perkebunan kelapa sawit saja yang bersertifikat. Petani juga diharapkan mulai banyak yang bersertifikat ISPO.

Pendanaan bagi petani bisa menggunakan dana bagi hasil sawit , juga dengan pendanaan BPDPKS dengan sarpras verifikasi teknis ISPO. Tahun 2024 diharapkan penerimaan pekebun terhadap ISPO semakin meningkat.

Pengembangan SDM juga merupakan bagian penting dalam tata kelola sawit. Tahun ini pelatihan kepada petani kelapa sawit ditingkatan jumlahnya. Sedang beasiswa ditargetkan 3.000  orang, dengan prioritas anak petani kelapa sawit.

Baca Juga:  GAPPERINDO : IPOP = VOC

Ketahanan pangan juga akhir-akhir ini bermasalah. Perkebunan kelapa sawit berperan lewat Kesatria (Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan). Tahun ini Kesatria fokus  tumpang sari dengan padi gogo di areal TBM sehingga sawit ikut berperan dalam memenuhi kebutuhan beras.

STDB juga penting, penerbitannya merupakan kewenangan bupati/walikota. Dirjebun akan mendorong supaya pemda banyak menerbitkan. STDB bukan mekanisme perizinan tetapi memberikan kepastian kepemilikan lahan pada pekebun dengan kepemilikan lahan kurang dari 25 ha.  Dirjenbun membuat inovasi STDB elektronik sehingga target penerbitan 2 juta STDB tercapai. .

Supaya semua dapat berjalan dengan baik maka  menjadi satu kesatuan dalam Rencana Aksi Nasional kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB). Pencapaian RAN KSB diakselerasi sehingga sawit Indonesia berkelanjutan dan tetap nomor satu di dunia.