2nd T-POMI
2016, 15 September
Share berita:

Stakeholder perkebunan khususnya kelapa sawit telah berusaha menerapkan pengelolaan kebun yang sesuai dengan kaidah sustainability. Namun massa masing cenderung menilai negatif perkebunan nasional khususnya kelapa sawit.

Ana Mustamin, pakar public relation (PR), menjelaskan bahwa perusahaan perkebunan belum memahami tentang pentingnya menarik perhatian media massa dan melakukan PR. Sehingga yang terjadi saat ini masyarakat terekspos secara terus menerus tentang buruknya pengelolaan perkebunan.

“Buat awak media bad news adalah good news. Sehingga berita buruk tentang perkebunan akan selalu menghiasi halaman media massa,” kata Ana yang juga alumnus Universitas Indonesia.

Maka merespon kondisi tersebut perusahaan perkebunan sebaiknya sering melakukan kegiatan terkait PR. Awak media perlu sering diundang ke lapangan dan diperlihatkan tentang kondisi kebun yang dikelola dengan baik.

“Komunikasi dengan media harus dilakukan secara konsisten. Tidak hanya melalui even tertentu saja. Jika perlu dilakukan relasi secara berkala,” jelas Ana.

Hal yang sama juga sebaiknya dilakukan pada komoditas yang lain. Dengan cara demikian para pekebun dapat meredam isu negatif dan memberikan gambaran yang lebih berimbang tentang perkebunan Indonesia.

Sementara itu, Gamal Nasir pengamat perkebunan menambahkan menilai banyak perusahaan yang hanya fokus pada hal teknis saja , namun kurang melakukan publikasi dengan baik, sehingga aktivitasnya tidak terinformasikan kepada masyarakat.

Namun menurut mantan Dirjen Perkebunan tersebut, peran dari sebuah PR tidak semata-mata hanya untuk merespon berita miring, namun juga sangat berkaitan dengan daya saing perkebunan di masa depan.

“Stakeholder perkebunan tidak hanya perlu menginformasikan tentang aktivitasnya namun juga berperan dalam mempromosikan komoditas perkebunan kepada masyarakat awam. Pasalnya, kecenderungan yang terjadi saat ini banyak generasi muda yang tidak mengenal dengan baik komoditas perkebunan. Padahal mereka adalah masa depan dari perkebunan Indonesia,” terang Gamal.

Baca Juga:  Kementan Akan Bentuk Direktorat Sawit

Itu sebabnya Gamal berharap, “stakeholder mulai melakukan publikasi yang juga berperan dalam membangun image positif terhadap perkebunan kepada generasi mendatang”. YIN