2nd T-POMI
2016, 31 Maret
Share berita:

Indonesia sudah mempunyai aturan sendiri mengenai sustainable yaitu Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), maka untuk apa mengikuti aturan negara lain yang justru bisa menyengsarakan masyarakat Indonesia.

Direktur Eksekutuif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung mengeaskan bahwa sebaiknya Indonesia menggunakan aturan main yang sudah ditetapkan didalam negeri daripada menggunakan aturan dari luar.

“Jadi sebaiknya menarilah menggunakan gendang sendiri daripada menggunakan gendang orang lain,” tutur Tungkot dalam Seminar Nasional ISPO bertema “Industri Minyak Sawit Indopnesia Dalam Isu Lingkungan, Sosial dan Ekonomi Global” oleh perkebunannews di Jakarta.

Bahkan, lanjut Tungkot, adanya aturan sustainable yang diberikan oleh asing bukan tidak mungkin terdapat aturan yang menghambat perkembangan kelapa sawit di Indonesia. Diantaranya yaitu, mengatur tata kelola gambut di Indonesia. Maka dalam hal ini jangan sampai Indonesia terbawa oleh aturan asing yang menyebabkan kerugian terhadap Indonesia.

“Jadi lebih baik menarilah dengan gendang sendiri, daripada menari dengan gendang asing,” terang Tungkot yang juga pengamat pertanian dari IPB.

Artinya, menurut Tungkot, alangkah lebih bermanfaat jika lahan gambut digunakan sebaik mungkin daripada dibiarkan terbengkalai begitu saja. Bahkan jika dibiarkan begitu saja tanpa ada perawatan justru bisa menyebabkan terjadinya kebakaran. Terbukti, dalam penemuan kasus kebakaran lahan di tahun 2015 kemarin, rata-rata lahan yang terbakar adalah yang yang tidak berpenghuni atau bertuan. Bukan lahan perkebunan di lahan gambut.

Selain itu, dari empat sumber minyak nabati itu, minyak sawit meningkat dari 1965 dimulai 16% menjadi 42% pada 2014, sedangkan minyak kedelai dari 65% pada 1965 turun menjadi 32% pada 2014, selanjutnya minyak lainnya seperti rapeseed konsumsinya sebanyak 16% dan minyak bunga matahari sebanyak 10%. persen.

Baca Juga:  BENIH SAWIT HASIL KULTUR JARINGAN AKAN SEMAKIN DIMINATI

Artinya tidaklah heran jika asing ingin membatasi perkembangan sawit termasuk menanam di lahan gambut karena pasar sawit masih menjanjikan di dunia. “Jadi jika kita sudah mempunyai aturan, mengapa harus mengikuti aturan negara lain yang bisa bisa menyengsarakan masayarakat,” pungkas Tungkot. YIN