2nd T-POMI
2021, 22 Juni
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Direktorat Perlindungan Perkebunan (Dirlitbun) Ditjenbun membuat gerakan Solid yaitu singkatan dari Sobat Perlindungan, “Lewat Solid kita ingin mengintegrasikan semua kegiatan perlindungan baik pengendalian OPT, dampak perubahan iklim, desa organik, kebakaran lahan dan kebun menjadi satu. Solid artinya kompak,” kata Ardi Praptono, Direktur Perlindungan Perkebunan, Ditjenbun pada Mediapekebunan.id.

Basisnya adalah komunitas sehingga semua pihak terlibat baik Dirlitbun di pusat, UPT Ditjenbun (BBP2TP) dan perangkat perlindungan perkebunan daerah. Kemudian akademisi perguruan tinggi, lembaga penelitian dan stake holder lain juga diajak bergabung dan berkerja bersama pada tingkat petani.

Tagline Dirlitbun adalah lindungi tanaman perkebunan dari OPT, dampak perubahan iklim, kebakaran lahan dan kebun . Tagline ini akan jadi bagian dari komunitas dimana pemerintah menjadi bagian yang tidak sangat menentukan juga meningkatkan kepedulian petani sendiri.

“Solid akan jadi gerakan yang sifatnya kompleks, rasa milenilal, digitalisasi dan ramai di medsos. Saat ini baru tahap awal dan diharapkan akan jadi gerakan masif tahun 2022 dengan dukungan anggaran yang kuat,” katanya.

Dari gerakan ini akan muncul berbagai aktivitas seperti bagaimana petani secara mandiri dapat membuat pestisida nabati yang ramah lingkungan. Semua aktivitas terkait Solid semuanya menuju arah ramah lingkungan. Desa organik yang saat ini sudah berkembang juga menjadi bagian dari Solid.

“Dengan Solid maka perlindungan akan muncul setiap saat, tidak hanya ketika ada serangan OPT saja tetapi ketika dampak perubahan iklim juga. Diharapkan dukungan anggaran semakin besar,”katanya.

Salah satu tugas utama Dirlitbun adalah menjaga agar potensi produksi tidak berkurang. Terkait dengan dampak perubahan iklim yang berpengaruh sangat significant dan global maka produk-produk perkebunan akan dibuat climate friendly yaitu bersahabat dengan iklim, bukan penyebab perubahan iklim. Jadi tidak hanya organik saja tetapi berwawasan lingkungan.

Baca Juga:  Awas, 2020 Indonesia Darurat Kopi

Tahun ini baru tahap awal, sosialisasi dan persiapan supaya tahun 2022 berjalan didukung oleh politik anggaran yang mendukung peran perlindungan lebih besar lagi. Anggaran perlindungan perkebunan selama ini relatif keciil.

Lewat Solid maka semua pemangku kepentingan bekerjasama menjalankan peran masing-masing mengatasi berbagai masalah perlindungan perkebunan. Saat ini bergagai OPT masih menjadi ancaman nyata bagi perkebunan seperti penyakit pestalotiopsis pada karet dan ganoderma pada sawit.

Dalam konteks Solid maka aktivitas pengendalianya dilakukan bersama-sama dalam satu aktivitas yang terpadu. Wujudkan kepedulian petani dan semua pihak yang terkait sehingga semua stake holder melakukan hal yang sama.

“Contohnya pengendalian hama uret pada tebu di Kediri pada tanggal 10 Juni lalu. Gerakan pengendalian dengan anggaran Ditjenbun hanya dilakukan pada lahan 1 ha. Dengan dilakukan bersama-sama dan melihat manfaatnya maka petani bisa melakukan sendiri tanpa tergantung pada anggaran. Demikian juga bantuan jaring dan alat pembantu untuk 100 ha. Bantuan ini tidak akan terus diberikan pada petani itu-itu saja tahun depan akan bergeser pada petani lain. Penerima bantuan sekarang ketika tidak menerima bantuan lagi maka tahun depan bisa melakukan sendiri,” kata Ardi lagi.

Solid ingin tidak hanya sekedar program tetapi semangat. Saat ini banyak petani yang mengharapkan bantuan pemerintah sifatnya top down, menerima apa saja yang diberikan. Lebih baik kalau lewat Solid ini menjadi bottom up minta sesuai kebutuhan.

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Perkebunan Surabaya , Medan dan Ambon juga Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak punya kualifikasi dan tenaga teknis yang bisa membina petani. DPR ingin supaya lebih banyak kerja nyata di lapangan berupa Bimbingan Teknis, dengan Solid dan anggaran lebih besar maka kegiatan ini akan semakin banyak dan menjadi pintu masuk gerakan.

Baca Juga:  Jokowi : Jangan Takut MEA

Solid menjadi gerakan, tetapi tidak seperti gernas kakao pada masa lalu yang formal. Solid merupakan gerakan informal yang sesuai dengan era milenial untuk menyentuh petani milenial. Ditjenbun bukan menjadi satu-satunya sumber, nanti daerah lewat APBD atau perguruan tinggi mau berkontribusi juga bisa.

Lewat Solid semua program yang ada disatukan dan diperluas dengan melibatkan pihak luar. Kepedulian petani pada serangan OPT dan dampak perubahan iklim ditingkatkan sebab tidak ada seorangpun yang bisa memperkirakan kapan terjadi outbreak OPT atau bencana akibat perubahan iklim.

Dirlitbun sudah memberi bantuan pada kelompok tani/desa untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim berupa biopori. Dengan Solid nanti diharapkan ada bantuan dari komunitas kampus, BKMG juga bisa masuk dengan sekolah iklimnya. Jadi tidak ada lagi ini milik Dirlitbun karena program Dirlitbun tetapi semua bergerak bersama untuk kepentingan bersama.

Nama Sobat Perlindungan dipilih karena disini ada kebersamaan, tidak ada kesan pemerintah sebagai penggagas memerintah. Sobat adalah kata umum yang sama-sama bekerja. Tidak ada lagi konsep ini program pemerintah, ini program swasta tetapi semuanya terpadu dalam kepentingan bersama, bukan sendiri-sendiri.

“Kita ingin petani berpikir bisnis jadi jangan mengandalkan bantuan pemerintah terus. Mereka harus berpikir kalau tidak melakukan pengendalian OPT, antisipasi kebakaran lahan dan kebun, pasti akan rugi, sehingga bisa bergerak sendiri tanpa bantuan pemerintah. Khususnya petani yang sudah mendapat bantuan, ketika bantuan berhenti diharapkan mereka akan terus melakukannya. Bantuan pemerintah terbatas sehingga tidak mungkin diberikan pada petani yang sama terus menerus. Bantuan akan terus bergulir pada petani lain sehingga petani yang dibantu mandiri,” katanya.

.