2nd T-POMI
2016, 28 April
Share berita:

Harga karet sekarang sudah mulai bergerak naik. Harga karet sir 20 sudah hampir USD1,6/kg. Ini posisi yang baik sebagai dampak dari komitmen tiga negara mengurangi ekspor. “ Ini bukan hal yang alami begitu saja tetapi melalui usaha penahanan ekspor karet mentah,” kata Uhendi Haris, peneliti senior Pusat Penelitian Karet Indonesia.
Pabrik tetap membeli karet tetapi tidak diekspor dan disimpan di gudang. Kondisi ini jangan terlalu lama tetapi harus diserap di dalam negeri dengan didorong untuk infrastruktur ,maka karet itu tidak hanya ditahan tetapi digunakan. Untuk meningkatkan pemahaman mengenai penggunaan karet untuk infrastruktur, Pusat Penelitian Karet Indonesia mengadakan Rubber Technology Workshop dengan tema Enhancing natural rubber consumption through promoting rubber good usage for infrastructure tanggal 17-18 Mei 2016.
Uhendi Haris yang merupakan Ketua Panitia menyatakan workshop ini arahnya ke teknologi hilir yaitu bagaimana meningkatkan konsumsi karet alam dengan mempromosikan penggunaan barang karet alam untuk sektor infrastruktur. “Kita melihat sektor infrastruktur ini belum banyak diperhatikan orang ,baik dari sisi pengguna maupun pengambil kebijakan,” katanya.
Contohnya penggunaan karet sebagai campuran aspal, baik Indonesia,Malaysia dan Thailand sudah punya teknologinya. “Kita lihat masing-masing melihat kesiapan tiap negara ,kalau bisa lakukan join inovasi unuk mempercepat penggunaan. Kalau ada percepatan penggunaan karet yang untung bukan hanya Indonesia tetapi negara penghasil karet alam lainnya,” kata Uhendi lagi.
Demikian juga untuk bantalan tahan gempa , merupakan salah satu komponen yang penting terutama di daerah yang rawan gempa. Minimal gedung-gedung yang dibangun pemerintah wajib menggunakanNya.
“ Kita harapkan setelah workshop berakhir ada gambaran utuh , apakah pelaku ekonomi dan pemerintah sudah memperhatikan teknologi ini. Aspal karet misalnya teknologi sudah siap, industriawan yang akan menghasikan sudah siap apakah diikuti juga oleh kesiapan pemerintah untuk mengakomodasikan dalam instrumen peraturan karena mereka yang pegang kendali,” katanya.

Baca Juga:  Industri Oleokimia Butuh Keberpihakan Regulasi