2nd T-POMI
2018, 6 Juli
Share berita:

Indonesia masih banyak mengimpor tembakau Virginia, Burley dan Oriental. Penelitian untuk mengembangkan tembakau jenis ini masih kurang karena harus melibatkan peran aktif dari industri tembakau sebagai konsumen utama. Fadjry Djufry, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian , menyatakan hal ini pada Perkebunannews.com.

Jenis tembakau tersebut banyak dibutuhkan untuk racikan rokok kretek dan putih. Rata-rata impor tembakau selama 5 tahun dari tahun 2011-2015 139.354 ton untuk memenuhi kebutuhan produksi rokok kretek sebanyak 310 miliar batang.

Tembakau Virginia dan Burley sudah ditanam di Indonesia. Sentra tembakau Virginia di Lombok Timur 23.000 ha, Bojonegoro 9.000 ha dan Lamongan 3.000 ha. Burley di tanam di Lumajang 1.500 ha, Jember 750 ha dan Banyuwangi 100 ha. Tembakau oriental pernah dicoba ditanam di Ngawi dan Blitar tetapi belum berhasil dalam hal capaian mutu tembakau dan produksi yang menguntungkan petani.

“Selama ini pengembangan tembakau-tembakau tersebut ke daerah lain dilakukan oleh industri-industri hasil tembakau berdasarkan trial and error, sedikit didukung oleh hasil penelitian kesesuaian lahan dan kelayakan sosial. Contohnya pengembangan tembakau Virginia di Lampung dan Burley di Garut yang kurang berhasil,” katanya.

Akhir tahun 2017 Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan mengintroduksi dua varietas tembakau oriental yaitu Basma dan Xanthi dari Yunani. Salah satu industri tembakau akan melakukan uji coba kesesuaian di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

Program penelitian Puslitbun untuk tembakau selama ini difokuskan untuk meningkatkan produksi dan mutu tembakau serta efisiensi biaya usaha tani, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Sebagaian besar sumber dana penelitian diambil dari pihak ke 3 dengan pola penelitian kerjasama.

Baca Juga:  Harapan Daerah Terhadap Pemimpin Perkebunan

Dalam bidang on farm , penelitian yang dilakukan meliputi perakitan varietas unggul baru, pemurnian varietas, konservasi lahan, peningkatan kesuburan lahan dan pemupukan berimbang yang efektif dan efisien. Pada bidang off farm penelitiannya meliputi survei analisis usaha tani, sebaran varietas dan teknologi alternatif prosesing tembakau.

Untuk menganalisa trend jenis tembakau, Puslitbun telah melakukan survei ke empat industri tembakau berskala besar di sentra produksi tembakau Temanggung, yaitu jenis tembakau yang berkadar nikotin paling tinggi (3-8%).

Untuk memenuhi kebutuhan selera konsumen dengan kadar tar dan nikotin tertentu yang terkandung dalam asap rokok, dua perusahaan masih membutuhkan tembakau dengan kadar nikotin tinggi untuk rasa dan aroma dalam racikan rokoknya. Dua perusahaan besar lagi lebih mengarah pada penggunaan filter dan kertas rokok tertentu untuk menghasilkan asap rokok dengan kadar tar dan nikotin tertentu.

Sedang untuk memenuhi tembakau dengan kadar nikotin yang lebih rendah Puslitbun sudah merakit varietas baru yaitu Madura Prancak N1, Prancak N2, Prancak Agribun S1, Prancak Agribun S2, Prancak Agribun T1 dan Prancak Agribun T2. Puslitbun juga meneliti penggunaan tembakau selain untuk rokok yaitu penelitian ekstraksi minyak atsiri untuk parfum dan ekstraksi bio oil untuk pestisida serta ekstraksi protein untuk biofarmaka.