2nd T-POMI
2021, 7 Juli
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Tanaman porang saat ini sedang populer. Beberapa kelompok tani juga dinas perkebunan di daerah minta Ditjenbun memberi bantuan benih porang sebagai tanaman sela untuk PSR. “Kita tidak akan melarang tetapi juga tidak merekomendasikan mereka menanam porang sebagai tanaman tumpang sari PSR,” kata Heri Tri Widarto, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ditjen Perkebunan.

Tanaman porang butuh naungan sehingga tidak cocok untuk peremajaan yang baru selesai tumbang chiping (T0). Penanaman porang baru bisa dilakukan kalau sudah T1 karena tajuk tanaman sawit sudah terbentuk.

“Hal yang paling penting adalah pasarnya. Jangan sampai setelah panen pasarnya tidak ada. Tanaman porang dipasarkan pada pabrik pengolahan. Saat ini pabrik pengolahan sebagian besar ada di Pulau Jawa. Di Sumatera dan Kalimantan yang menjadi lokasi PSR pabrik pengolahan porang tahun ini baru komisioning, belum beroperasi, salah satunya di Riau,” kata Heru.

Untuk tanaman sela Ditjen Perkebunan bersinergi dengan Ditjen Tanaman Pangan untuk masuk dalam program penambahan luas areal tanaman pangan. Dari Direktorat Serealia bantuannya adalah benih jagung, sedang dari Direktorat Aneka Kacang dan Umbi bantuan adalah benih kedelai. Ditjenbun juga bekerjasama dengan Ditjen Hortikultura untuk bantuan benih tanaman sayuran sebagai tanaman tumpang sari.

Secara terpisah, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian minta Ditjenbun beri bantuan bibit porang untuk meningkatkan pendapatan pekebun ,bukan untuk tumpang sari PSR. Kelebihan porang adalah perawatan mudah (tidak rewel) dan tidak perlu cahanya banyak. Cocok untuk optimalisasi lahan perkebunan, ditanam disela sawit, karet, kelapa, kopi.

Pasar tidak masalah karena ada 22 negara yang menjadi penampung porang Indonesia. Pengepul porang di Sumsel juga banyak. Selain itu asosiasi porang siap memfasilitasi jual beli benih porang.

Baca Juga:  Program Biodiesel Menggairahkan Harga CPO

Keunggulan lain porang adalah cukup diberi bibit sekali saja, setelah itu tiap panen minimal bisa mendapatkan bibit baru 3 kali lipat. Kendalanya adalah pada awal tanam butuh biaya besar untuk membeli bibit. Disbun Sumsel sudah menggandeng BNI membiayai lewat KUR.

Lahan tidak ada masalah karena di Sumsel ada karet 1,3 juta, sawit 1,1 juta ha, kopi 295 ribu ha dan kelapa 62 ribu ha. Di Sumsel sendiri penanaman porang sudah dIlaksanakan di 17 kabupaten/kota mencapai 1 juta batang.

Rudi sudah menyampaikan permintaan ini pada Direktur P2HP Ditjenbun, Dedi Junaedi. Menurut Dedi untuk PSR Direktorat AKABI menawarkan benih kedelai. Sedang porang sebaiknya untuk tanaman sela karet.

Menurut Rudi kalau dipenuhi idealnya satu UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) mendapat bantuan 4.000 umbi ukuran 700-1500 gram untuk bibit, ditambah pupuk organik dan hand traktor. Dalam waktu 8 bulan dihasilkan umbi 4000 gram dan bibit katak yang bisa ditanam kembali dan digulirkan pada anggota lain.

“Memberi bantuan benih porang sama dengan memberi kail bukan ikan. Kalau benih jagung dan kedelai satu musim tanam habis. Kalau porang selain panen umbi juga panen bibit katak,” katanya.

Agus Susanto, peneliti PPKS menyatakan syarat tanaman tumpang sari kelapa sawit adalah cepat menghasilkan, hasil tinggi, mudah dijual dengan harga tinggi, mudah teknis budidaya, mudah perawatan dan sedikit tenaga kerja. Porang ditanam karena mempunyai nilai ekonomi tinggi (dibutuhkan industri pangan) , mudah dan minim perawatan, daya adaptasi yang tinggi (2-1000 mdpl}, tahan naungan 50-60%, perbanyakan mudah (umbi , katak, bulbil, stek daun, kultur jaringan), mudah pengolahan dan dapat disimpan.

Porang dapat digunakan sebagai tanaman sela pada kelapa sawit asal ada penampungnya. Saat ini ada 40 pabrik pengolahan porang yang bisa menampung umbi porang tetapi sebagian besar di Jawa Timur.

Baca Juga:  KLINIK ISPO, UPAYA GAPKI MEMPERCEPAT SERTIFIKASI ISPO BAGI ANGGOTANYA