2nd T-POMI
2019, 8 April
Share berita:

Uni Eropa ( EU) untuk kesekian kali menuduh penggunaan sawit sebagai bahan baku biodiesel meningkatkan emisi karbon sehingga dalam RED II minyak sawit tidak digunakan lagi. Menurut Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif PASPI (Palm Oil Agribusiness Strategic institute), berdasarkan data terbaru hasil studi Oliver. et.al 2017 : Trends In Global CO2 and Total Greenhouse gas Emission dari PBL Netherlands Environmental Asessment Agency, total emisi EU 2016 sebesar 4.43 Giga ton CO2.

Sedang Indonesia hanya 0.92 giga ton CO2. Emisi inilah yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan lingkungan global seperti banjir, kekeringan, badai, dll.

Tidak hanya itu EU juga menghasilkan emisi gas buatan ( gas F) sebesar 196 juta ton, sementara Indonesia hanya satu juta ton. Emisi gas F ini diatmosfir bumi merusak lapisan ozon.

Data tersebut menunjukkan bahwa emisi EU 500 persen lebih tinggi dari emisi Indonesia. Dengan kata lain EU lebih kotor dan merusak lingkungan ( 5x lebih ) dari pada Indonesia. Juga berarti produk- produk yg dihasilkan EU lebih kotor dibanding produk produk dari Indonesia termasuk sawit.

“Jika EU mengkaitkan importir sawit dengan deforestasi (embodied deforestasi), maka Indonesia juga bisa melakukan retaliasi dengan mengkaitkan impor Indonesia atas produk produk dari EU dengan emisinya( embodied GHG emission). Jadi data emisi tersebut menunjukkan bahwa Produk Produk EU jauh lebih kotor dan lebih merusak lingkungan global dibandingkan sawit Indonesia” kata Tungkot.

Baca Juga:  PETANI SAWIT KELUHKAN KENAIKAN HARGA PUPUK