2nd T-POMI
2018, 29 November
Share berita:

Keputusan pemerintah untuk tidak mengenakan pungutan ekspor ketika harga CPO dibawah USD500/ton dengan tujuan menaikkan harga TBS petani disesalkan oleh Ketua Umum ASPEKPIR (Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR), Setiyono.

“Saya jadi petani kelapa sawit sejak tahun 1989. Turun naik adalah hal yang biasa, tidak perlu panik. Pasar CPO memang seperti itu dimana harga ditentukan oleh pasar. Pajak ekspor 0 belum tentu akan berpengaruh,” katanya.

Pengaruhnya kecil sekali. Terbukti harga CPO masih tetap turun meskipun kebijakan ini diumumkan. “Kita lihat saja ke depan apakah kebijakan ini benar mampu meningkatkan harga CPO sehingga harga TBS petani ikut naik,” katanya.

Pungutan ekspor oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit sebesar USD50/ton ekspor CPO, memang sebagian besar masih digunakan untuk subsidi biodiesel. “Kami juga sering protes karena lahan sawit 40% dimiliki petani tetapi proporsi untuk petani masih kecil sekali. Perusahaan besar saja yang menikmati. Selain itu apakah benar subsidi biodiesel membuat harga CPO naik,” katanya.

Sekarang petani sudah mulai merasakan dana BPDPKS dengan program Peremajaan Sawit Rakyat. “Kita bersyukur akhirnya dana itu kembali pada kita. Tetapi karena harga turun tiba-tiba pungutannya jadi nol. Kita tidak tahu untuk kepentingan siapa kebijakan ini. ASPEKPIR pernah diminta membuat surat kepada pemerintah untuk mengusulkan pengutan ekspor nol tetapi kita tidak lakukan,” katanya.

Baca Juga:  PROGRAM HULU HILIR BPDPKS SAMA PENTINGNYA