Surabaya, Mediaperkebunan.id – PG (Pabrik Gula) di Pulau Jawa pada umumnya berbasis Tebu Rakyat (TR) sedang di luar Jawa berbasis HGU. Kebon Agung dengan 2 PG yaitu Kebon Agung di Malang (Jatim) dan Trangkil di Pati (Jateng) berbasis tebu rakyat. Heru Cahyono dari PT Kebon Agung menyatakan hal ini pada Seminar Nasional Gula (Indonesian Sugar Conference) “Kiat Mencapai Swasembada Gula 2030” yang diselenggarakan Media Perkebunan.
Ekstensifikasi areal Tebu Rakyat umumnya di daerah tegalan, tetapi diikuti oleh penyusutan areal Tebu Rakyat sawah berpengairan teknis, baik karena kepentingan untuk tanaman pangan maupun konversi ke non petanian. Persaingan penggunaan lahan menyebabkan bahan baku tebu cenderung menurun jumlah dan kualitasnya.
Tantangan PG berbasis Tebu Rakyat dari sisi sumber daya lahan adalah pergeseran lahan tebu ke lahan marginal/tadah hujan dan penurunan tingkat kesuburan lahan; alih fungsi lahan untuk infrastruktur (jalan dan pemukiman); alih komoditas yang dirasa petani lebih menguntungkan (ketela pohon, padi, jagung, tembakau dan lain-lain); kepemilikan lahan yang sempit, mayoritas sewa dengan biaya sewa yang semakin mahal.
Dari sisi sumber daya manusia masalah Tebu Rakyat adalah kelangkaan tenaga kerja bidang pertanian dan regenerasi petani tebu tidak berjalan dengan baik. Saprodi dan permodalan Tebu Rakyat juga mengalami kesulitan/keterbatasan atas kredit perbankan. Kebon Agung berhasil mengatasi ini dengan pendanaan dari lembaga keuangan untuk pemeliharaan tebu.
“Dulu ada Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) yang sangat memanjakan petani dalam pemeliharaan, sebelum kredit sebelumnya lunas sudah bisa mendapat kredit baru. Petani perlu kredit ini sebab ketika musim giling tetap ada tebu yang harus dipelihara. Beda dengan KUR (Kredit Usaha Rakyat Sekarang) yang harus lunas dulu baru dapat kredit baru. Petani tebu sekarang rindu KKPE,” katanya.
Masalah lain Tebu Rakyat adalah keterbatasan pupuk bersubsidi dan kelangkaan pupuk non subsidi; keterbatasan tebu varietas unggul hasil lembaga penelitian; mekanisasi pertanian tidak berjalan sesuai harapan karena lahannya sempit. Kebon Agung tetap melakukan mekanisasi secara parsial tetapi penggunaan harvester sulit di lahan Tebu Rakyat
Upaya Kebon Agung dalam peningkatan produktivitas lahan dan tanaman Tebu Rakyat adalah dengan program mekanisasi, mendukung upaya perluasan areal baru (ekstensifikasi) maupun upaya bongkar ratoon tanaman keprasan berkali-kali (intensifikasi) sehingga produktivitas lahan semakin baik.
Program rehabilitasi lahan Tebu dengan meningkatkan kesuburan lahan dengan menambahkan bahan organik ke lahan tebu berupa blotong dan abu ketel dari pabrik. Kebon Agung melakukan ini sejak tahun 2016. Di PG Trangkil blotong di fermentasi dalam bentuk granul sehingga bisa sampai ke perakaran.
Program peningkatan varietas unggul baru untuk mendapatkan tebu dengan kemasakan optimal pada awal giling dan menggeser dominasi varietas BL yang saat ini rentan penyakit luka api. Varietas unggul PSKA yang bisa dikepras sampai 10 kali petani masih enggan menggunakannya.
Peningkatan basis pemasok tebu yaitu dengan program perluasan lahan tebu sendiri dengan menambah luas areal Tebu Sendiri untuk mempertahankan tebu eksisting. Di Jepara Kebon Agung untuk TS menyewa lahan 1-2 tahun kemudian ratoonya diserahkan pada petani.