2nd T-POMI
2023, 24 Juli
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Manajemen PT Sinergi Gula Nusantara ( SGN) atau dikenal dengan nama Sugar Co saat ini masih berbenah, terutama ketika masuk musim giling. “Kita upayakan produksi gula tahun ini lebih baik dari tahun lalu. Dari tebu yang masuk dan hasil giling yang sedang berjalan terlihat ada peningkatan tetapi belum signifikan,” kata CEO Sugar Co Aris Toharisman kepada Media Perkebunan.

Investor yang diharapkan masuk saat ini masih dalam proses. Masih butuh waktu untuk meyakinkan investor. Karena itu tahun 2023 ini target produksi adalah 870.000 ton naik sedikit 860.000 ton dibanding tahun lalu.

Sejak 10 Oktober 2022,  Sugar Co baru mendapat  spin off 36 pabrik gula milik tujuh anak usaha PTPN Group, yaitu PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV kedalam PT SGN. Komposisi kepemilkan saham SGN dimiliki oleh 8 (delapan) PTPN yakni PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, PTPN XIV serta PTPN III (Persero) Holding Perkebunan. Investor belum masuk.

 “Kita baru mengelola pabrik sedang tebu yang ditanam di lahan HGU masih di bawah pengelolaan PTPN. Naik turunnya  produktivitas tebu masih di bawah  PTPN. Ketika produktivitas turun kita juga belum tahu penyebab pastinya. Tahun ini masih  perjuangan harus ada  koordinasi secara keras sikronisasi tebu dan giling karena sekarang ada 2 tangan,” katanya.

Tahun depan diharapkan sudah ada investor yang masuk. Selain itu pengelolaan tanaman juga akan diserahkan ke PT SGN, terutama yang HGU dan pembinaan petani. Tahun depan kalau sudah terintegrasi maka peningkatan produksi diharapkan lebih tinggi lagi.

Baca Juga:  Kemenperin Memacu Pembangunan PG Baru

 Saat ini Sugar Co konsentrasi di Jawa Timur karena didominasi oleh tebu rakyat dan persaingan untuk mendapatkan tebu juga sangat ketat. Dari 36 PG Sugar Co 24 ada di Jatim. Tingkat kesulitan dan kerumitan cukup tinggi bagi PG yang berbasis tebu rakyat.

Dalam kondisi seperti ini, hasil rekapitulasi data Disbun Jatim menunjukkan rangking 1-10 produktivitas masih dipegang PG PT SGN, kecuali rangking 2. PG PT SGN maih sanggup bersaing dengan PG swasta dengan mesin baru. Dengan kondisi pasokan bahan baku tebu yang masih amburadul seperti sekarang tidak ada beda yang signifikan antara PG mesin baru dan mesin tua dari sisi rendemen.

PT SGN saat ini di Jatim fokus bagaimana PG mengelola tebu yang terdekat supaya kesegaran tebunya terjamin. PG tidak menerima tebu dari luar kota yang jauh dan kualitasnya meragukan karena panjangnya perjalanan perlu waktu lama sampai PG. Kontrol kualitas tebu yang masuk dijaga.

Contoh PG Glenmore sekarang pasokan bahan baku lebih tinggi dibanding tahun lalu karena mengambil  tebu dari HGU PTPN XI di Jolondoro yang lebih dekat PG ini. Dulu karena HGUnya PTPN XI tebu digiling di PG Semboro, Jember. Sedang HGU PTPN XII yang banyak berada di Jember dulu di bawa ke PG Glenmore, sekarang tebunya digiling di PG Semboro. HGU di Benculuk Banyuwangi milik PG Asembagus PTPN XI yang dulu jauh-jauh digiling di Situbondo sekarang masuk ke Glenmpre.

“Dulu HGU masing-masing PG jauh dari pabrik sekarang kita atur giling di PG terdekat. Biaya transporasi lebih rendah, kesegaran dan kualitas tebu terjamin. HPP turun dan PTPN sebagai pemilik tebu diuntungkan karena PT SGN menerapkan bagi hasil gula antara pemilik tebu dan PG,” kata Aris.

Baca Juga:  P3GI : PG HARUS DIWAJIBKAN BINA PETANI

Masih ada 1-2 parik PG yang agak kesulitan memperoleh bahan baku karena secara historis dari dulu mengambil tebu dari luar contoh PG lestari di Kertosono, Nganjuk. SGN fokus pada pembenahan supaya bahan baku cukup. Tetapi PG lain sudah on the track , masih ada kekurangan disana-sini dan terus menerus dilakukan perbaikan. Sugar Co akan terus berupaya meningkatkan produksi untuk mencapai swasembaga gula.

Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan juga terus berupaya dan sigap antisipasi untuk memenuhi ketersediaan dan kebutuhan gula nasional. Demi mencapai swasembada gula konsumsi tahun 2024 Kementan berupaya mendorong peningkatan produksi gula melalui ekstensifikasi dan intensifikasi tebu.

Meski begiu, dalam pengembangan komoditas tebu tidaklah mudah, dihadapkan berbagai tantangan, namun itu tidak menghentikan langkah pemerintah mencari solusi tepat guna demi mendorong dan meningkatkan produksi tebu maupun gula. Peningkatan produksi ini wajib dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional serta antisipasi kemungkinan krisis global.

“Demi mencapai swasembada gula konsumsi tahun 2024 Kementerian Pertanian berupaya mendorong peningkatan produksi gula melalui ekstensifikasi penambahan luas areal tanaman tebu dan intensifikasi melalui bongkar ratoon dan rawat ratoon,” ujar Direktur Jenderal Perkebunan, Kementan, Andi Nur Alam Syah.

Selain itu, Andi menjelaskan, pemerintah juga terus mempercepat produksi melalui Penyiapan benih tebu berjenjang (kebun benih) dan penataan varietas, penerapan sistem pembelian tebu (SPT) sesuai remenden yang dihasilkan dan penerapan pola Kemitraan PG dengan petani dalam satu manajemen, serta pemanfaatan lahan tidur atau lahan perhutani melalui kerjasama pengelolaan lahan untuk  mengurangi biaya sewa lahan.