2nd T-POMI
2023, 7 Agustus
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Situasi karet di wilayah Kalbar saat ini sudah sangat memprihatinkan. Dari 15 pabrik tinggal 5, itupun untuk memenuhi kebutuhan bokar harus impor.  Luas kebun karet juga semakin berkurang karena konversi ke tanaman lain terutama kelapa sawit sangat intensif sekali. Rinjani Mustofa, Ketua Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) Kalbar menyatakan hal ini seusai audensi dengan jajaran Ditjenbun, Senin.

Sudah empat tahun penyakit Pestalotiopsis menyerang sehingga produksi turun drastis sampai 70%. Karena produksi rendah, penyadap banyak yang beralih menjadi buruh panen sawit yang hasilnya jauh lebih besar.

Produksi benih karet juga berhenti. Serangan pestalotiopsis membuat pertunasan baru untuk entres tidak muncul. Karet juga tidak berbuah sehingga kebutuhan biji untuk batang bawah tidak bisa dipenuhi. Klon karet untuk benih juga sudah tidak bisa mengikuti perubahan iklim sehingga perlu ada klon baru.

Saat ini di Kalbar dan daerah sentra karet lainnya penebangan karet sangat masif diganti komoditas lain, terutama kelapa sawit. Rinjani memperkirakan saat ini luas kebun karet di Kalbar tinggal 200.000 ha saja dari sebelumnya pernah mencapai 600.000 ha.

Petani juga semakin terpacu menebang karet karena ada penampung yang siap membeli kayu karet. Kayu karet di Kalbar dihargai Rp2.000/kg , dalam satu ha volume bisa mencapai 70 – 100  ton. Kayu karet digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.

“Kalau tidak ada tindakan yang drastis dari pemerintah saya pastikan karet di Kalbar, mungkin di Indonesia punah. Kita tidak akan lagi jadi produsen karet. Harus ada aksi nyata dari pemerintah untuk segera mengatasi masalah perkaretan ini. Itulah sebabnya saya ke Ditjenbun menyampaikan aspirasi petani karet,” katanya.

Baca Juga:  Tiga Negara Produsen Karet Komitmen Menghentikan Ekspor

Sekarang perlu ada program supaya kebun-kebun karet yang masih tersisa di sentra produksi karet bisa dipertahankan. Stop konversi sampai sini saja. Kebun-kebun karet yang sudah tua perlu diremajakan , sama seperti peremajaan sawit rakyat. Petani perlu diberi insentif supaya mau mempertahankan kebun karetnya.

Asosiasi Petani Karet Indonesia juga sudah lama terpinggirkan, tidak ada pembinaan terhadap asosiasi petani sehingga kondisinya memprihatinkan. Meskipun demikian Apkarindo Kalbar menawarkan konsep Rubber Center Model Pendekatan Partisipatif untuk kesejahteraan petani karet berkelanjutan melalui kegiatan kolaboratif jejaring.

Salah satu yang sudah berjalan adalah melakukan tumpang sari karet dengan tanaman lain yaitu kakao. Kakao yang perlu naungan ditanam di sela karet. Saat ini harga kakao sedang tinggi sehingga petani tetap mendapat penghasilan tanpa menebang pohon karet.