2nd T-POMI
2019, 5 November
Share berita:

Salah satu bisnis Socfindo adalah perkebunan karet dan pabrik dengan kapasitas 4 ton/jam. Total luas perkebunan karet Socfindo saat ini adalah 8.160 ha terdiri dari tanaman muda 946 ha (12%) dan tanaman menghasilkan 7.214 ha (88%) yang tersebar di kebun Aek Pamienke dan Halimbe, Tanah Bersih, Tanjung Mulia dan Limapuluh. Kebun karet 70% areal datar, 25% areal berbukit dan 5% areal rendahan.

Menurut Erikson Ginting dari PT Socfindo dengan harga karet yang rendah dalam 5 tahun terakhir harus dibuat strategi untuk optimalisasi produksi dan mereduksi biaya eksploitasi lewat frekuensi sadap, mutu sadap, pokok/ancak dan planting design, rekomendasi klon, lateks diagnosis, stimulasi, pengumpulan lateks dan transportasi. Dengan umur ekonomis terkendali dan karateristik klon yang spesifik dilakukan manajemen eksploitasi dengan biaya rendah.

Tahun 1996 sadapan diubah dari tiga hari sekali ke 4 hari sekali ( D3 ke D4) baik untuk sisitim sadapan ke bawah (DTS) maupun keatas (UTS). Tahun 2014 untuk intensif menjelang peremajaan dari D3 ke D4. Tahun 2015 dari D4 ke D5 untuk S2 DTS, tahun 2018 D8 pada saat gugur daun, tahun 2019 D5-D6 untuk S2 DTS.

Hasilnya adalah kenaikan produktivitas penyadap, tahun 2011 27,2 kg/orang/hari, 2012 27,8 kg, 2013 27,9 kg, 2014 30 kg, 2015 32,1 kg, 2016 35,8 kg, 2017 37 kg, 2018 37,1 kg. Kenaikan produktivitas sangat penting sebab biaya eksploitasi semakin meningkat dengan kenaikan upah. Biaya ekspoiltasi tahun 2011 Rp4.720/kg,; 2012 Rp4.718, 2013 Rp5.525;, 2014 Rp6.114, 2015 Rp6.339, 2016 Rp5.961, 2017 6.805 dan 2018 7.373.

Klon yang dipilih harus sesuai dengan penyadapan intensitas rendah yaitu potensi produksi tinggi, toleran terhadap pemyakit, respon terhadap stimulan, memiliki karateristik karet alam yang dibutuhkan pasar terutama MV (Mooney Viscocity); warna dan plastisitas. Komposisi klon 56% metabolisme menengah, 27% tinggi dan 17% rendah.

Baca Juga:  Kementan Dukung Penuh Kerjasama JICA, Puslitkaret dan UI Untuk Atasi Gugur Daun Karet

Rasionalisasi jumlah pokok sadap dilakukan dengan memperhitungkan topografi dan kerapatan pokok/ha. Acuannya tetap lama waktu sadap makmsimum 4-5 jam. Pola jarak tanam adalah 7,5 x 2,5 m sama dengan 533 pokok/ha. Dengan cara ini waktu berjalan penyadap lebih pendek dengan pokok sadap lebih tinggi.