2nd T-POMI
2024, 18 Maret
Share berita:

Surabaya, Mediaperkebunan.id. – Hablur gula ditentukan oleh bahan baku tanaman dan pabrik , tanaman memberikan kontribusi 87% dan pabrik gula memberi 23%. Untuk mendapatkan produktivitas hablur tinggi perlu varietas unggul tebu. P3GI punya sumber daya genetik untuk merakit varietas unggul tebu. Wiwit Budi Widyasari, Pemulia Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) menyatakan hal ini pada Seminar Nasional Gula (Indonesian Sugar Ceonference) 2024 bertema “Kiat Mencapai Swasembada Gula 2030” yang diselenggarakan Media Perkebunan di Surabaya akhir Februari 2024.

Hasil varietas unggul  tebu P3GI menjawab tantangan zaman yaitu POJ 2878  tahun 1884-1920 untuk mengatasi penyakit sereh. POJ 3016 tahun 1930 ketika resesi untuk menghasilkan produktivitas hablur tinggi. PS 41 tahun 1958-1975 untuk lahan kurang subur. F-154, M442-51, PS 56 tahun 1976 untuk lahan kering, marginal dan keprasan. PSJT 941, PSCO 902 tahun 1998-2008, lahan kering marginal, keprasan energi. Tahun 2008 PS 09, PSKA 942 tahun 2008 untuk anomali iklim, energi. PSKA 942, PS 094, PSBM 971, PSKA 095 sekarang anomali iklim, energi, tahan luka api dan lain-lain.

P3GI menyediakan pilihan varietas unggul tebu yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan gula dan petani. Arah program perakitan varietas unggul tebu di P3GI sesuai kebutuhan perusahaan gula dan petani. Arah program perakitan mengikuti karateristik perusahaan gula dan petani.

Merakit varietas unggul tebu tidak mudah karena sifat unggul pada tebu berkorelasi satu dengan lainnya;  ada yang berpengaruh positif (sinergi) ada yang negatif (kontradiktif); berkorelasi positif sifat jumlah batang dengan hasil tebu, diameter batang dengan hasil tebu; berkorelasi negatif sifat kadar sabut dengan pol tebu atau rendemen, bobot tebu dengan rendemen.

Baca Juga:  Kementan Gandeng RNI Stabilkan Pasokan dan Harga Pangan

Persyaratan varietas komersial terpadu perlu diterapkan yaitu harus mempunyai daya tahan untuk dikepras dengan baik, tidak merupakan varietas yang berbunga lebat, harus resisten atau toleran terhadap penyakit penting . harus relatif tahan terhadap serangan hama penggerek batang dan pucuk. P3GI saat ini sudah punya varietas unggul tebu yang dilepas dan calon varietas yang memenuhi persyaratan tersebut.

PSKA 942 di lahan tegalan berpengairan protas tebu 106,3 ton/ha, rendemen 12,02%; hablur 12,8 ton/ha. Lahan tadah hujan protas tebu 108,1 ton/ha; rendemen 8,25%, hablur 9.05 ton/ha. Ratoon protas 120,4 ton, rendemen 8,95%, hablur 10,1 ton/ha. Kadar sabut 14,41%.

PS 094, masak tengah lambat, potensi tebu ±110-140 ton/ha, potensi rendemen 10-11%, rerata potensi hablur ±10-14 ton/ha, kadar sabut 13%, toleran kekeringan. Puncak rendemen di 9A (11,22%), mudah diklentek, toleran cekaman kekeringan, tahan pokahboeng dan blendok, cocok untuk tanah sedang sampai berat, lahan tegalan berpengairan dan tadah hujan berjenis alluvial dan grumusol beriklim D3, C2 , C3.

PSBM 971 PC protas 111,31 ton/ha, rendemen 9,38%, hasil hablur 10,67 ton/ha. RC protas 130,6 ton/ha, rendemen 9,6%, hasil hablur 11,96 ton/ha.  Kadar sabut 13,5%, sangat tahan blendok, tahan luka api, sifat kemasakan tengah lambat.

PSKA 095, PC protas 120,64 ton/ha, rendemen 10,33%, hasil hablur 12,08 ton/ha.  RC protas 112,85 ton/ha, rendemen 9,39%, hasil hablur 10,03 ton/ha. Puncak rendemen pada 8A (13,25%), pada 6A (11,62%). Kadar sabut 15,1 %, sangat tahan blendok, tahan luka api. Sifat kemasakan awal tengah , kesesuaian wilayah pengembangan dengan jenis tanah andosol beriklim C2 dan C3, wilayah dengan jenis tanah Inseptisol dengan iklim D3.

PSKA 062, PC protas 119,46 ton/ha, rendemen 9,7%, hasil hablur 11,45 ton/ha. RC hasil tebu 117,25 ton/ha, rendemen 9,67%, hasil hablur 11,12 ton/ha. Puncak rendemen 9A (11,66%), kadar sabut 12,4%, sangat tahan penyakit blendok, agak tahan penyakit luka api.

Baca Juga:  Usulan Kenaikan HPP Gula Sudah Sewajarnya