2nd T-POMI
2021, 5 Desember
Share berita:

Jember, Mediaperkebunan.id

Sebagian besar produsen kopi dunia termasuk Indonesia mengekspor kopi dalam bentuk green bean. Sedang pengolahan yang memberi nilai tambah tinggi dilakukan di negara-negara tujuan ekspor. Josē Dauster Sette, Direktur Eksekutif International Coffee Organization (ICO) menyatakan hal ini dalam Holistic Coffee Expo yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

Pengalaman menunjukkan bahwa negara-negara produsen kopi dapat meningkatkan nilai tambahnya dengan meningkatkan konsumsi kopi di dalam negeri. Keseimbangan pasar lokal dan ekspor membuat suply dan demand seimbang sehingga sustainability harga kopi ditingkat petani terjaga.

Selama ini ketidaksemibangan antara pasar lokal dan ekspor, sangat tergantung pada ekspor ,membuat harga kopi di pasar internasional sangat fluktuatif. Indonesia dengan penduduk 270 juta jiwa punya potensi besar meningkatkan olahan kopi dalam negeri untuk pasar domestik.

Menurut catatan ICO konsumsi kopi Indonesia tahun 2019 3,6 juta karung sedang tahun 2020 5 juta karung. Dalam sepuluh tahun terakhir konsumsi tumbuh 3,7% , tertinggi kedua diantara negara-negara produsen kopi. Sedang konsumsi perkapita masih termasuk rendah yaitu 1,1 kg/tahun.

Dampak dari pandemi yang membuat harga kopi di tingkat petani menurun, maka Sekretariat ICO ditugaskan menjaga sustainability kopi di negara-negara produsen, salah satunya dengan meningkatkan konsumsi kopi di masing-masing negara produsen. Ada dana khusus dari ICO yang digunakan untuk membuat strategi peningkatan konsumsi kopi di negara-negara produsen kawasan Asia dan Oceania, termasuk Indonesia.

Pengalaman Brasil, negara produsen kopi terbesar dunia, konsumi lokal yang besar membuat industri olahan di dalam negeri berkembang pesat. Industri pengolahan lokal skala besar menjadi penyangga bagi fluktuasi harga kopi di pasar internasional, meningkatkan penyerapan tenaga kerja terutama anak milenial di semua rantai pasoknya, meningkatkan pendapatan negara lewat pajak dan peningkatan PDB.

Baca Juga:  DITENGAH PANDEMI, EKSPOR KOPI KERINCI MASIH BERTAHAN 80 TON

Dana ICO untuk peningkatan konsumsi kopi di dalam negeri ini di Indonesia diberikan pada Puslitkoka. Dana ini menjadi jaring pengaman bagi petani ketika harga rendah, membuat industri olahan kopi dalam negeri berkembang dan Indonesia tidak terlalu terpengaruh dengan volatilitas harga ditingkat internasional.

ICO juga dengan dana dari pemerintah Jerman dibantu pakar dari GIZ sedang membuat tool kit intervensi untuk meningkatkan konsumsi kopi di negara-negara produsen yang menguntungkan semua rantai pasok.

Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara, Iman Yani Harahap menyatakan konsumsi kopi Indonesia saat ini mencapai 300.000 ton, dengan pertumbuhan mencapai 8%. Konsumsi perkapita 1,5 kg/tahun masih rendah dibanding negara-negara Eropa seperti Finlandia yang mencapai 12 kg dan Jerman 6,5 kg.

Pertumbuhan konsumsi ini tidak diikuti oleh pertumbuhan produksi sehingga harus dipacu lagi. Rioad map kopi nasional mentargetkan produksi meningkat 2 kali lipat dari saat ini yang 775.000 ton menjadi 1,5 ton, juga posisi Indonesia sebagai negara produsen nomor 4 dunia menjadi nomor 2.

Pandemi membuat harga kopi ditingkat petani turun. Kondisi ini dikuatirkan membuat petani tidak mau lagi menanam kopi dan merawat tanaman yang sudah ada. Kondisi ini harus diatasi salah satunya dengan peningkatan konsumsi kopi di dalam negeri.